Jemaat yang terkasih, jika kita mendengar kata “salib”, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Bagaimana kita memaknai salib dalam kehidupan kita? Ada banyak makna yang terkandung dalam satu kata “salib”. Ada yang memaknainya sebagai lambang cinta dan pengorbanan. Ada juga yang memaknainya sebagai kasih yang sempurna; kemenangan dan kematian. Salib juga menjadi lambang kesetiaan. Apa pun yang kita maknai tentang salib, semuanya akan mengingatkan kita pada Sang Kristus. Dalam segala keadaan, salib adalah bagian dari kehidupan kita. Di tengah berbagai situasi dan kondisi, salib ada. Hari ini kita diingatkan lagi bagaimana sebaiknya orang percaya menjalani hidup yang bertanggung jawab dalam segala situasi dan kondisi
Mari kita belajar dari perjalanan Abram yang dikenal sebagai Bapa orang Percaya. Abram dikenal dengan kesetiaannya kepada Tuhan. Ia merupakan sosok yang percaya (beriman) kepada Tuhan. Sehingga, Tuhan memberikan jaminan pemeliharaan pada Abraham dan keturunannya sampai akhir hayat.
Bagaimana dengan kita? Apakah perjalanan hidup yang penuh dengan kejutan membuat kita bertahan atau malah berpaling dari Tuhan. Bukankah Yesus mengajarkan kita untuk bertahan? Sebagai orang percaya kita telah menerima teladan nyata dari sang Kristus juru selamat kita. Melalui teladannya Kristus mengajak kita untuk bertahan dan berjuang dengan berani. Ia mengajarkan kita untuk berjuang tanpa henti, tanpa ragu dan takut. Apa pun kenyataan yang datang silih berganti dalam kehidupan; baik pengalaman yang menyedihkan atau pun yang menyenangkan. Yesus mengajarkan pada kita untuk tetap teguh, bertahan dan meneladani jalan hidupNya. Meneladani Yesus berarti meniru keteguhan hati-Nya ketika menghadapi pencobaan hingga Ia menang. Yesus berani merengkuh jalan salib yang tidak mudah untuk dilalui.
Hal ini diceritakan dalam Injil Lukas 13:31-35. Lihat bagaimana Yesus merespons peringatan atau ancaman dari orang-orang Farisi. Ia menggunakan ancaman tersebut untuk menjelaskan hakikat kematian-Nya yang justru menjadi bagian dari misi-Nya. Kematiannya tidak ada hubungannya dengan ancaman Herodes, sebaliknya kematianNya adalah penyempurnaan dari pelayanan-Nya.
Baik Abram, Pemazmur dan Yesus mengajak kita untuk berani percaya walau kadang meragu, untuk tetap percaya walau kondisi tidak baik-baik saja, tetap percaya walau hidup penuh dengan ancaman bahaya. Alih-alih lari dari fakta yang ada kita justru diajak untuk merengkuh salib itu.
Merengkuh salib sang Kristus. Merengkuh Salib Sang Kristus berarti mendekap, atau mendekatkan salib ke dada. Hal ini berarti mengajak kita untuk benar-benar memeluk salib itu dengan begitu erat agar tidak terlepas. Apakah ini hal yang mudah? Tentu saja tidak. Jika kita tidak benar-benar memiliki kekuatan dan keberanian pastilah kita akan menjauhkan salib tersebut. Salib merupakan lambang penderitaan, pengorbanan dan keselamatan. Siapakah yang berani merengkuhnya?
Merengkuh Salib berarti hidup dengan berdiri teguh dalam Tuhan. Berdiri teguh itu seperti yang dinasihatkan Paulus untuk jemaat Filipi. Ia mengingatkan hendaknya jemaat Filipi tidak menjadi seteru salib Kristus (Fil.3:18). Seteru salib pada akhirnya akan binasa karena mementingkan perkara duniawi. Jemaat harus menanggalkan perkara duniawi karena sejatinya status kewarganegaraannya Kerajaan Surga. Pernyataan Paulus ini merupakan nasihat bagi kita di zaman ini. Pengikut Kristus adalah bagian dari Kerajaan Surga. Sebagai warga Kerajaan Surga, kita harus berdiri teguh di dalam Tuhan (4:1).
Pada Minggu Pra-Paskah kedua ini, kita diajak untuk mempersiapkan diri menghayati dan mengalami salib Yesus. Melalui firman Tuhan hari ini kita diingatkan untuk mengarahkan hidup kita kepada Kristus, bukan mengulang kisah ironis Kota Yerusalem. Tuhan Yesus mengundang kita untuk berjuang dengan rendah hati dan berani menghadapi setiap tantangan dalam hidup ini. Maka bersiaplah merengkuh salib Kristus dalam hidup kita! Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/