Artikel GKJ Kronelan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ungkapan “Nobody cares how much you know, until they know how much you care” (Tak seorang pun peduli seberapa banyak yang kamu tahu, sampai mereka tahu seberapa banyak kamu peduli), mungkin tergolong kurang familiar bagi kita. Ungkapan tadi sering kali dipakai untuk mengingatkan bahwa nilai diri seseorang tidaklah diukur dari banyaknya pengetahuan yang dimilikinya, tetapi dari banyaknya kepedulian yang diperlihatkannya kepada sesama.

Sayangnya pemahaman itu semakin jarang ditemukan dalam diri seseorang. Hal yang seperti itu terjadi karena beberapa alasan. Mulai dari semakin banyaknya orang yang menganut pola hidup hedonis, yaitu pola hidup yang menomor-satukan kesenangan untuk dirinya sendiri; semakin populernya prinsip: “bodo amat” dan “emang gua pikirin”; sampai dengan keengganan untuk terlibat dalam hidup orang lain karena tidak mau direpotkan dengan hal yang bukan menjadi urusannya (dalam konsep Jawa dikenal dengan istilah: wong legan kok golek momongan).

Menariknya, meskpipun banyak orang berusaha untuk fokus dengan dirinya sendiri, maupun untuk selalu legan dan tidak mau golek momongan, tidak demikian halnya dengan Maria. Buktinya, ketika keluarga yang menyelenggarakan pesta pernikahan di Kana kehabisan anggur, dia pun segera menginformasikannya kepada Yesus, dengan harapan Yesus berkenan mencarikan solusi untuk dapat mengatasinya. Padahal keluarga yang menyelenggarakan pesta itu sendiri tidak disebutkan mengetahui akan kondisi tersebut, apalagi meminta bantuan orang untuk mengatasi kondisi itu.

Dari kisah ini, kita mendapatkan pelajaran bahwa kepedulian yang tumbuh dalam hati Maria, bukan saja akan menarik pihak lain (yaitu Yesus dan para pelayanan) untuk ikut menunjukkan kepedulian, tetapi juga dapat menghadirkan pengharapan di tengah ketidakmudahan, situasi bahkan di tengah situasi kritis. Hal menghadirkan pengharapan dengan menunjukkan kepedulian dalam situasi kritis itu juga yang diperlihatkan oleh Nabi Yesaya.

Jika kita memperhatikan konteks dari bacaan pertama, kita akan mendapati bahwa isi dari bacaan ini dilatarbelakangi fakta bahwa Bangsa Israel yang sebelumnya dibuang di Babilonia sudah diijinkan kembali ke daerah asal oleh Koresy, pemimpin Persia yang berhasil menguasai kekaisaran Babilonia. Dalam situasi yang seperti itu, Nabi Yesaya merasa perlu untuk menunjukkan kepeduliannya dengan menyampaikan nubuatan Allah kepada Bangsa Israel. Dalam nubuatan tersebut “Nabi Yesaya” menyatakan bahwa Allah tak akan tinggal diam untuk memulihkan keadaan Sion dan Yerusalem. Allah akan menegakkan kembali Bangsa Israel.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Gambaran akan kondisi kritis yang dialami oleh Keluarga di Kana; atau kondisi apatis yang dirasakan oleh Bangsa Israel paska pembuangan; maupun kondisi keterbelahan jemaat karena masing-masing sibuk dengan karunianya sendiri, mungkin tidak sedang terjadi dalam kehidupan keluarga dan gereja kita masing-masing. Sekalipun demikian, sebagai bagian dari Bangsa Indonesia kita tahu bahwa indeks rasio gini yang ada di Indonesia semakin tinggi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ketimpangan sosial antara orang yang kaya dengan yang miskin belum dapat disikapi dengan benar bahkan cenderung diabaikan oleh pemerintah. Selain itu kasus korupsi yang ada di Indonesia jumlahnya semakin banyak, baik itu banyak dalam hal pelaku maupun banyak dalam jumlah dana yang dikorupsi. Di saat yang bersamaan, tidak sedikit dari warga bangsa yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari karena harga yang semakin tinggi; Kesulitan untuk mendapatkan pendidikan tinggi karena uang sekolah dan kuliah yang tidak murah; maupun kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena skill yang terbatas.

Dalam kondisi yang seperti itu: Hal apakah yang akan kita lakukan? Apakah kita akan diam karena merasa bahwa kondisi tersebut bukan tanggung jawab kita tetapi tanggung jawab pemerintah? Apakah kita akan mengabaikannya karena kita merasa bahwa urusan kita sendiri masih banyak? Ataukah karena kita merasa ingin menikmati masa “legan” kita sehingga tidak mau mencari “momongan”?

Apapun jawab kita, bacaan hari ini mengingatkan kepada kita bahwa kepedulian yang tumbuh dalam hati seseorang terhadap pergumulan orang lain bukan saja akan menarik orang lain untuk ikut menunjukkan kepedulian, tetapi juga dapat menghadirkan pengharapan di tengah ketidakmudahan situasi.

Dan bentuk kepedulian itu sendiri tidak harus selalu ditunjukkan dengan memberi materi yang besar dan banyak, tetapi ditunjukkan mulai dari: berempati dengan kondisi orang lain; membawa pergumulan yang sedang dihadapi orang lain dalam doa kepada Tuhan; menyakinkan orang yang sedang dalam pergumulan bahwa mereka selalu memiliki harapan; dan mengajak orang lain untuk membagi karunia yang dimilikinya dalam bentuk apapun kepada sesamanya. Sebab ketika setiap orang mau menunjukkan kepedulian dan memakai karunianya untuk menguatakan komunitas dan membangun kehidupan, maka akan tersedia pengharapan, bahkan berlimpah-limpah. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/