Saudara hari ini kita berkumpul di hadapan Allah untuk merenungkan pentingnya memanusiakan sesama manusia. Mengapa demikian? Dalam bacaan Alkitab kita, Mazmur 139, Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang unik dan berharga. Ayat 14 mengatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu, karena aku terbuat dengan sangat ajaib. Ajaiblah segala perbuatan-Mu, dan jiwaku tahu itu dengan baik.” Kita adalah mahakarya Allah, dan martabat kita sebagai manusia tidak dapat diragukan. Kita, manusia adalah mahakarya Allah, dan kita dipanggil untuk menghargai martabat setiap individu yang Allah ciptakan dengan penuh kasih. Kemanusiaan kita diukur melalui kualitas hubungan kita, dengan diri sendiri, sesama maupun dengan Allah. Kita adalah manusia, namun kita masih perlu belajar menjadi manusia. Masih perlu memanusiakan diri dan dimanusiakan
Dalam bacaan kita hari ini, khususnya Injil Markus 2:23-3:6, Yesus menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya memanusiakan manusia. Dalam Injil Markus ini, terdapat dua adegan kontroversial yang sangat menarik dan memiliki relevansi yang mendalam dalam memahami keseluruhan cerita Injil Markus
Kontroversi pertama (Markus 2:23-28), menceritakan sebuah kejadian di mana Yesus dan murid-murid-Nya sedang berjalan melalui ladang gandum pada hari Sabat. Saat mereka berjalan, para murid memetik bulir gandum, yang dianggap oleh orang-orang Farisi sebagai pelanggaran terhadap peraturan Sabat. Hal yang sama muncul dalam kontroversi kedua, ketika Yesus menyembuhkan seorang pria di rumah ibadah pada hari Sabat (Markus 3:1-6). Pertanyaan kunci yang Yesus tanyakan adalah, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?”
Prinsip Sabat adalah bahwa kita harus menguduskan sebagian dari waktu kita dan membebaskannya dari tuntutan pekerjaan, membiarkan mengambil karakter ibadah yang khas Ini bukan untuk mengatakan bahwa Sabat adalah satu-satunya waktu untuk beribadah, atau bahwa bekerja tidak bisa menjadi bentuk ibadah itu sendiri. Tetapi prinsip Sabat memberi kita waktu untuk fokus pada Tuhan dengan cara yang berbeda dari hari-hari kerja, dan untuk menikmati berkat-Nya dengan cara yang khas. Yang tidak kalah penting, itu memberi kita ruang untuk membiarkan ibadah kita kepada Tuhan juga terwujud dalam kasih sayang, perhatian, dan cinta kepada sesama.
Saudara-saudaraku, memanusiakan manusia adalah hakekat kita sebagai orang-orang percaya. Kita dipanggil untuk mengenali nilai yang diberikan Allah kepada setiap individu dan menghormati martabat mereka. Kita harus memprioritaskan kasih Kristus dalam kata-kata dan tindakan kita, serta memahami bahwa hukum agama seharusnya melayani untuk memperdalam hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia seutuhnya. Marilah kita berbagi kasih Kristus kepada mereka yang membutuhkan, menghapus batasan dan penghakiman, dan membawa kehangatan dan harapan kepada mereka yang terluka dan terpinggirkan.
Marilah kita memanusiakan manusia, mengasihi mereka tanpa membedakan ras, suku, status, atau keadaan sosial. Di tengah kehidupan manusia yang rapuh ini, seperti Samuel dan Rasul Paulus mengalami berbagai perasaan dan pengalaman manusiawi, Tuhan tetap menyertai dan menolong mereka. Hal ini mengajarkan kita bahwa meskipun kita adalah manusia yang rapuh, tetap berharga, Tuhan tetap hadir dalam kehidupan kita. Kita dikuatkan oleh Tuhan dan memiliki potensi untuk menjadi saluran kemuliaan-Nya bagi dunia di sekitar kita, untuk melayani manusia, memelihara kehidupan, dan mempromosikan kesejahteraan. Semoga Roh Kudus menyertai kita dan memberikan kita kekuatan untuk hidup dengan kasih yang memanusiakan sesama kita. Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/