Artikel GKJ Kronelan

Semua orang ingin sehat, namun dengan cara bermacam-macam. Ada yang berupaya sehat dengan olah raga. Olah raga pun bermacam-macam jenisnya, ada yang olah raga jalan pagi, lari, senam aerobik, renang, dlsb. Tujuannya sama, supaya sehat, tapi caranya masing-masing berbeda, sesuai dengan minat dan kondisinya.

Demikian pula dalam hal beriman. Setiap orang menyadari bahwa ada suatu kuasa yang lebih besar dari dirinya, sehingga ia beriman kepada kuasa itu. Kesadaran ini, terutama muncul ketika seseorang merasa tidak mampu dan butuh pertolongan. Biasanya terjadi pada situasi di luar kendalinya, situasi yang kurang menyenangkan, seperti sakit penyakit yang parah, penderitaan yang luar biasa, bencana alam yang besar, kegagalan, kematian, dlsb. Kepada kuasa yang besar itulah, ia menundukkan diri dan memohon kekuatan. Kekuatan besar itu, kita yakini berada di dalam diri Yesus. Kita semua meyakini itu, namun cara kita beriman itu sangat beragam. Hal itu bergantung pada pengalaman kita, konteks sosial yang menyekitari kita, karakter kita, dan lain sebagainya.

Dalam bacaan injil minggu ini kita membaca dua peristiwa penyembuhan yang dijalin dalam satu cerita. Kedua penyembuhan itu berfokus pada iman dua tokoh dalam cerita, namun dengan cara beriman yang berbeda. Tokoh yang pertama bernama Yairus. Ia adalah seorang kepala rumah ibadat. Anak perempuannya yang berusia 12 tahun sakit parah dan hampir mati. Ia datang tersungkur di depan kaki Yesus ketika orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuni-Nya. Ia mengatakan, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”

Tokoh yang kedua adalah seorang perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun. Ia mengalami kesakitan bukan hanya secara fisik, namun juga mentalnya. Secara fisik, karena banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya membuatnya lemas, mudah lelah, dan terganggu aktivitas kesehariannya. Ia telah menghabiskan banyak uang untuk upaya penyembuhannya, tapi tidak berhasil. Secara mental, perempuan itu menderita batin karena ia dikucilkan, terasing, dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mustahil baginya untuk menerobos dan berjuang untuk bertemu dengan Tuhan Yesus meminta kesembuhan.

Kedua tokoh ini sama-sama memiliki pengharapan besar dan percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan mereka. Hanya saja, cara mereka berbeda. Yairus percaya anaknya akan sembuh, jika Yesus datang ke rumahnya dan meletakkan tangan-Nya ke atas anaknya itu. Ia menyatakan imannya dan meminta pertolongan Yesus secara terbuka di hadapan umum. Sedangkan perempuan yang sakit pendarahan itu, kepercayaannya sangat sederhana. Baginya cukup jika ia hanya menyentuh jubahnya. Bahkan apa yang dikenakan oleh Yesus, dapat menyembuhkannya, tanpa harus Yesus meluangkan waktu secara khusus dan pribadi untuknya. Iman yang sama, dengan cara yang berbeda. Keduanya dihargai oleh Tuhan Yesus, sehingga keduanya mendapatkan apa yang mereka minta dari Yesus. Oleh karena, imanlah yang menggerakkan mereka. Kekuatan iman merekalah yang Yesus lihat.

Iman memang harus diwujudkan dalam tindakan. Itu pula yang disinggung oleh Paulus ketika ia mengingatkan jemaat Korintus untuk memenuhi komitmen pelayanan mereka kepada jemaat di Yerusalem. Ketika iman itu tidak diwujudkan dalam tindakan, maka menghasilkan penghukuman, seperti yang dialami oleh Saul.

Iman mencakup aspek pengetahuan, perasaan (pengalaman spiritual), dan tindakan nyata. Kesungguhan kita dalam beriman akan tampak dalam komitmen kita mewujudkan kepercayaan yang ia imani dalam tindakan sehari-hari. Iman kepada Yesuslah yang mendorong dan menyelamatkan, sekalipun cara beriman kita berbeda-beda. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin