Menghidupi karya Allah berarti kesiapan kita menerima segala kemungkinan yang berada di luar pemikiran kita sebab kita mempercayakan diri sepenuhnya pada Allah. Seorang yang menyediakan hatinya dituntun Tuhan akan siap untuk mengubah apa yang direncanakan atau dikehendaknya. Di sinilah dibutuhkan kerendahan hati yang mengingatkan manusia karena sering kali bersikukuh pada keinginannya sendiri. Ungkapan “kepala batu,” yang berarti sikap tidak mau mengikuti nasihat orang lain pastilah kita kenal. Orang yang keras kepala sulit menerima pendapat orang lain, dan tetap pada pandangannya sendiri. Ia sulit bekerja sama dan sulit terbuka pada perubahan. Di sini kita bisa bertanya: bagaimana jika seseorang tidak menghidupi karya Allah? Orang itu tidak akan mudah mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan.
Pada hari ini mari kita belajar dari firman Tuhan yang menuntun kita menjadi pelaku firman yang Tuhan. Menghidupi karya Allah berarti sedia dituntun Allah untuk turut terlibat melakukan apa yang dikehendaki Allah. Mari kita merenungkan pokok-pokok berdasar firman Tuhan:
Pertama, Allah memberikan janji berkat yang indah bagi umat-Nya sebagaimana ditulis dalam Kejadian 9:11-13. Melalui janji Tuhan yang ditaruh dengan tanda busur pelangi indah di awan, umat akan mengingat betapa besar kasih setia Tuhan. Siapa saja yang menerima janji Allah? Janji Allah itu diberikan kepada semua orang, tanpa kecuali, baik kepada mereka yang bersikap benar, maupun kepada yang hidup tidak benar. Menyambut janji Tuhan, adalah mempraktikkan hati yang senantiasa terarah kepada-Nya. Upaya mempraktikkan janji Allah adalah melalui hidup dalam kasih dan pengampunan. Tindakan itu dilakukan karena kita mau meneladan Dia, bukan mengikut kata dunia. Setiap orang yang mengalami perjumpaan dengan Allah akan hidup dengan jiwa pengasih, pembebas, mengedepankan pengampunan, membawa sukacita keselamatan.
Kedua, persembahan sempurna : total, sepenuh hati. Menghidupi karya Allah yang indah tidak mudah. Maka dari itu setiap murid Kristus perlu memahami bahwa kematian Kristus adalah sekali untuk segala dosa manusia. “Sekali” berarti tidak perlu berulang. Dengan sekali itu berarti pula bahwa semua sudah tuntas, berlaku untuk seterusnya bahkan selamanya. Bagi siapa saja, tanpa terkecuali, kematian Kristus adalah anugerah sempurna. Anugerah itu menarik setiap orang mempersembahkan hidupnya secara total, tidak tanggung-tanggung.
Ketiga, siap sedia menunaikan tugas dengan persiapan yang cukup. Di sini kita dapat belajar dari peristiwa pembaptisan Yesus. Melalui baptisan, Yesus memloklamirkan indentitas-Nya. Ia datang dari Nazaret di tanah Galilea dan siap untuk hidup bagi manusia. Ia menyatakan kebaikan dengan mengundang dan membimbing setiap orang kembali kepada Allah. Melalui Yesus, manusia diajak percaya pada Allah yang begitu mengasihi dunia dan rela berkurban untuk membawa kita kepada-Nya.
Biarlah baptisan Yesus menyegarkan kembali makna baptisan kita. Kita mencatatkan diri untuk siap mengikut Yesus serta siap menjalankan tugas panggilan kita. Saat pencobaan terjadi, mari kita maknai sebagai bagian nyata dalam kehidupan kita. Mungkin saat ini keadaan kita tidak sedang baik-baik saja, namun percayalah bahwa ujian itu dapat dipakai Tuhan untuk meneguhkan iman. Dengan menemukan makna di balik ujian itu kita akan makin ulet dan tangguh dalam menghidupi karya Tuhan, dan jadi berkat bagi kehidupan.
Jangan takut, di tengah situasi hidup yang berat, Allah tidak membiarkan kita. Seperti halnya saat Yesus dicobai iblis, malaikat-malaikat-Nya melayani-Nya, demikian juga dengan kita. Dalam setiap perjuangan menghadapi ujian, Allah memberikan peneguhan melalui “malaikat-Nya”. Malaikat-malaikat itu adalah siapa pun dan apa pun yang dipakai Allah untuk menyertai dan menolong kita. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/