Film anak-anak “Doraemon” dalam ceritanya bisa mengabulkan semua keinginan dengan berbagai alat canggih dari masa depan. Nobita, sahabat Doraemon memanfaatkan kemampuan Doraemon itu untuk memenuhi segala keinginan dan harapannya sendiri. Nobita kerap memaksa Doraemon melakukan tindakan yang dikehendakinya. Rupanya realitas kehidupan kita juga demikian. Saat kita punya keinginan dan harapan, kita cenderung memaksakan keinginan itu dengan segala cara. Hal yang menjadi masalah adalah kita tidak memiliki Doraemon yang bisa mewujudkan setiap keinginan kita dengan kantong ajaibnya.
Injil Markus 8:31-38 mengisahkan tentang Petrus yang menginginkan hidup berimannya seperti tindakan Nobita pada Doraemon. Karena itu ketika ia mendengar pernyataan Tuhan Yesus bahwa Ia mengajarkan kepada para murid bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah hari ketiga, Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia (ayat 31-32). Bagi Petrus, seorang Mesias tidak mungkin akan mengalami sengsara dan kematian.
Petrus memaksakan cara pandang dan keinginannya tentang Mesias kepada Yesus. Yesus menolak keinginannya. Karena itu bagi setiap orang yang mau mengikut Yesus terdapat prasyarat penting yang harus diikuti. Injil Matius 8:35-35 menyatakan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Pernyataan Tuhan Yesus itu mengandung makna demikian: Pertama, mengikut Yesus dan menyangkal diri. Mengikut Yesus dan menyangkal diri berarti kesediaan para pengikut Yesus hidup berpusat pada Dia secara total. Dengan berpusat pada Dia, pengikut Yesus meninggalkan kenyamanan hidup demi Kristus. Hal ini tidak mudah. Banyak orang tidak ingin kehilangan kenyamanannya. Kedua, Memikul Salib. Memikul salib adalah mengikuti jejak yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan menyerahkan hidup bagi Kristus Yesus. Konsekuensi dari memikul salib itu adalah kehilangan nyawa. Dalam hal inilah kita akan diuji terus menerus.
Setiap orang yang ingin mengikut Yesus, menyangkal diri dan memikul salib bersama Dia, dipanggil hidup berdasar pada Iman. Hidup dengan iman haruslah dijalani dalam segala keadaan, bukan sekadar pada masa yang menyenangkan saja. Di sini, kita belajar dari kesaksian dalam kitab Mazmur 22. Di dalamnya banyak menampilkan ratapan dan seruan pertolongan kepada Tuhan.
Selain dari pemazmur, kita bisa belajar pula dari Abraham. Ia percaya pada janji Allah sekalipun janji itu terdengar mustahil. Menurut logika manusia, Abraham dan Sara yang sudah berusia lanjut tidak mungkin bisa memiliki keturunan. Namun karena iman, mereka tetap berjalan dan mengikuti kehendak Allah. Dari kesaksian dan pengalaman Abraham ini kita semakin diteguhkan bahwa mengikut Allah adalah tentang beriman dan percaya kepada setiap rancangan yang ditetapkan oleh Allah.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, sekarang kita akan melihat kembali pada kehidupan kita masing-masing. Bagaimana cara kita beriman kepada Allah? Apakah kita sungguh bersedia untuk meninggalkan setiap keinginan kemanusiaan kita dan percaya sepenuhnya pada rancangan Allah? Maukah kita untuk terus percaya dan beriman kepada Allah sekalipun berhadapan dengan kesulitan yang berat?
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak memandang Allah seperti Doraemon yang bisa kita paksa untuk memenuhi setiap keinginan kita. Ketika kita ingin hidup berdasar pada Iman, kita mendapat anugerah dari Allah dan dipanggil untuk mengosongkan diri dan menggantinya dengan hidup berdasar kehendak Allah. Amin!
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/