Berdasarkan bacaan Alkitab hari ini, secara khusus kita akan belajar dari tokoh Bernama Stefanus. Siapakah Stefanus itu? Tidak banyak keterangan mengenai Stefanus. Tokoh Stefanus pertama kali diperkenalkan dalam Kisah Para Rasul 6 : 5 yang menyebutkan bahwa Stefanus adalah “seorang yang penuh iman dan Roh Kudus”. Ia diangkat menjadi seorang Diaken, seorang pelayan bagi kaum lemah. Keterangan selanjutnya ada di pasal 6 : 8 yang menyebutkan bahwa Stefanus, “yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak”.
Kemudian ada keterangan mengenai jemaat Libertini dan orang-orang Yahudi dari Kilikia dan Asia yang bersoal jawab dengan Stefanus. Dalam diskusi tersebut mereka tidak mampu melawan hikmat dan Roh Kudus dalam diri Stefanus. Kekalahan itu menjadi pemicu upaya untuk membunuh Stefanus. Berikutnya dalam pasal 6 : 15 disebutkan bahwa wajah Stefanus terlihat seperti wajah seorang malaikat. Dengan penuh hikmat dan keberanian Stefanus menerangkan sejarah penyelamatan Allah atas umat-Nya.
Nyata bahwa umat Tuhan seringkali tidak setia bahkan mereka menganiaya nabi-nabi yang diutus Tuhan. Stefanus menegur orang-orang dalam Sidang Mahkamah Agama karena telah menolak Orang Benar, yaitu Yesus Kristus yang telah mereka bunuh itu. Keberanian Stefanus menyatakan kebenaran menjadi jalan menuju kematian-Nya. Stefanus dirajam sampai mati. Itulah catatan mengenai kisah hidup Stefanus, sangat singkat.
Namun, kisah hidup Stefanus yang singkat itu memberi kita pelajaran yang sangat berharga. Sebagaimana keterangan Alkitab, dia adalah seorang yang penuh iman dan Roh Kudus. Hal itu sungguh nyata dalam hidup, karya bahkan kematiannya. Stefanus, sang diaken itu telah mengabdikan hidupnya untuk melayani orang-orang yang lemah. Stefanus hidup dipimpin Roh Kudus yang memberinya kuasa untuk melakukan banyak mujizat. Stefanus dipenuhi Roh Cinta yang memampukannya mengasihi orang-orang yang berbuat jahat padanya.
Sesaat sebelum kematiannya, dalam kesakitan tentunya, Stefanus berdoa kepada Tuhan. Dua hal penting disampaikannya melalui doa itu. Pertama, ia berserah penuh kepada Tuhan Yesus, Juruselamatnya, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” (ayat 59). Kedua, permohonan agar Tuhan mengampuni para pembunuhnya, “Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka” (ayat 60). Stefanus telah berhasil membuktikan kesetiaan-Nya kepada Tuhan dan kasihnya kepada sesama.
Kasih karunia Allah juga telah menyelamatkan kita. Roh Kudus juga dikaruniakan kepada setiap kita. Persoalannya ialah apakah kita senantiasa taat pada pimpinan Roh Kudus atau tidak. Kita telah dilahirkan kembali dari benih yang tidak fana. Tetapi apakah kita telah bertumbuh sebagaimana mestinya? Jangan-jangan kita tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.
Surat I Petrus 2 mengingatkan agar kita senantiasa menyerap pengajaran Kristus yang murni sebagai asupan penting bagi pertumbuhan rohani kita. Setiap orang yang percaya dan menerima Yesus Kristus, harus menjadikan Dia sebagai batu penjuru bagi kehidupan kita. Artinya, kita sebagai orang percaya harus bersama-sama menjadikan Yesus Kristus acuan hidup kita. Hidup dan karya kita harus selaras dengan hidup dan karya Tuhan Yesus.
Saudara-saudaraku, Tuhan Yesus terus setia dalam karya-Nya. Hingga saat ini pun Dia sedang menyediakan tempat bagi kita. Sebaliknya, kita sering lalai dan tidak setia mengerjakan bagian kita di dunia ini. Tuhan mengutus kita dalam keluarga, gereja, masyarakat, di lingkungan kerja, di sekolah, dalam dunia politik, dalam dunia bisnis dan lain sebagainya. Untuk apa? Untuk mewartakan kasih dan kebenaran dengan cara menghidupi kasih dan kebenaran itu. Menghidupi kasih dan kebenaran berarti menjadikan kasih dan kebenaran sebagai bagian dari hidup kita sehari-hari.
Marilah kita belajar untuk memenuhi tugas panggilan kita dengan setia. Percayalah, Roh Kudus akan senantiasa menolong dan memampukan kita. Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi