Aku Hidup Dalam Kebenaran Karena Kasih-Nya – Yohanes 14 : 15-21
Kasih dalam kehidupan orang Kristen menjadi kata yang memiliki daya luar biasa. Bahkan, kasih dipercaya menjadi bagian terkuat dalam kehidupan orang percaya. Namun, untuk bisa mengasihi dengan daya yang menghidupkan orang atau pihak lain yang kita kasihi bukanlah sebuah tindakan mudah. Tidak sedikit tindakan yang mengatasnamakan kasih justru membelenggu dan mematikan.
Banyak orang gagal melihat kebutuhan kasih bagi sesama mereka. Mereka lebih sering menggunakan ukuran mereka sendiri. Selain itu, mereka juga sering kali gagal melihat kebutuhan dasar dari kasih yang mereka sendiri butuhkan, yaitu kasih Allah. Hal ini dikarenakan mereka mengukur diri mereka sendiri dengan standar yang salah. Dengan melihat dan membandingkan tingkah laku mereka dengan orang lain yang telah melakukan hal yang lebih buruk daripada yang telah mereka lakukan, mereka sampai pada kesimpulan bahwa bagaimanapun juga mereka tidak terlalu buruk. Namun, rasa bangga semacam itu dihancurkan ketika orang-orang membandingkan diri mereka dengan standar kebenaran yang sempurna.
Bagaimana kita memenuhi standar yang sesuai dengan pandangan Allah? Rasul Petrus menegaskan adanya dua kemungkinan penderitaan yang bisa dialami oleh orang-orang Kristen. Pertama, orang-orang Kristen menderita karena tergoda atau terjatuh dalam perbuatan-perbuatan jahat dan kemudian menerima konsekuensi dari perbuatan jahat tersebut. Kedua, orang-orang Kristen yang menderita karena kesetiaannya untuk berpegang teguh pada kebenaran iman yang dimilikinya ternyata menimbulkan ketidaksukaan atau bahkan kebencian dari pihak-pihak lain.
Kerelaan menderita demi kebenaran yang dinyatakan di situlah titik berangkat peran keterpanggilan dan pengabdian kita yang sesungguhnya. Bahwa hakikat kekristenan kita adalah pengabdian dan pelayanan kasih kepada sesama. Hadir dan berjuang untuk kehidupan yang lebih manusiawi. Hadir ditengah tengah pergumulan manusia nyata. Bagi pembebasan kemanusiaan dari kepekatan dosa. Dari segala macam penderitaan, ketidakadilan, maupun dari berbagai bentuk pelecehan kemanusiaan.
Itu artinya, kebenaran yang dinyatakan adalah bobot, nilai dan isi dari kekristenan kita. Di situlah dijumpai kebahagiaan kita yang sesungguhnya. Dengan kata lain, segala bentuk kehormatan dan kemuliaan itu baru memiliki nilai apabila kita tempatkan pada aras yang setara dengan pengabdian, dalam pelayanan, kerja dan karsa yang dilandasi kerendahan hati, ketulusan dan ketaatan.
Jika kita sudah bersedia dihidupi dan menghidupi kebenaran kasih Tuhan, maka TUHAN berjanji akan memberikan berkat-Nya bagi kita. Setiap orang yang hidup di dalam Roh Allah maka Allah pun akan memberikan pertolongan baginya, yakni:
- Penolong (Yunani: parakletos), adalah pribadi yang diutus untuk membantu kita. Roh Kudus menjadi pembela bagi kita terhadap dunia, yaitu pada saat kita diejek, diserang, dianiaya, dsb.
- Tuhan menyertai kita selama-lamanya (ay.16). Kata “selama-lamanya” ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sekali diberikan, tidak pernah dicabut kembali. Pembela itu akan bersama dengan murid-murid “untuk selama-lamanya”.
- Allah akan memberikan Roh Kebenaran (ay.17). Roh Kebenaran diberikan untuk memimpin umat kita ke dalam alam kebenaran yang diwujudkan dalam Kristus dan penebusan-Nya. Karena itu kalau hidup kita tidak diarahkan kepada firman, itu berarti kita tidak mengikuti pimpinan Roh Kudus!
Jangan ragu, malu, dan takut untuk bertahan dalam kebenaran karena Kristus, bahkan andaikata dunia mencemooh kebenaran yang kita pegang. Jangan khawatir juga untuk bertahan dalam kebenaran karena Yesus, andaikata dengan bertahan dalam kebenaran itu kita tidak mendapatkan kesejahteraan hidup yang maksimal. Dalam Kasih Kristus, kebenaran itu telah mencegah kita bertindak buruk dan jahat dalam mengupayakan kesejahteraan hidup. Kebenaran yang kita lakukan karena kasih-Nya akan menghidupi kasih yang sejati bagi sesama. Tuhan memberkati. Amin!!
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi