Artikel GKJ Kronelan

Jemaat yang terkasih, dalam Mazmur 40, pemazmur menaikkan sebuah pujian karena Tuhan sudah mengangkatnya dari “lobang kebinasaan dan lumpur”. Tuhan tidak menghendaki berbagai jenis
korban sebagai ungkapan syukur itu, yang dikehendaki adalah kesediaan hati untuk mendengar (ay.6), melakukan kehendak Tuhan, dan mewartakan tentang keadilanNya (ay. 8-11).

Dari sini, kita belajar bahwa ungkapan syukur terbaik adalah perubahan hidup yang semakin seturut dengan Tuhan dan hidup berdampak bagi orang lain. Kehidupan semacam ini menjadi kesaksian tentang Kristus yang pada akhirnya dapat membawa orang kepada Kristus.

Jemaat yang terkasih, penulis Injil Yohanes menceritakan proses pemanggilan para murid secara berbeda apabila dibandingkan dengan ketiga injil lainnya. Tiga injil menceritakan, Yesuslah yang berinisiatif mencari dan memanggil. Namun, bacaan injil hari ini menceritakan bahwa para murid-lah yang berinisiatif terlebih dulu untuk menjadi murid.

Setelah kedua murid Yohanes mendengar kesaksian gurunya tentang Yesus, mereka segera mengikuti Yesus. Mereka melakukan itu, hingga Yesus tertarik kepada mereka dan bertanya, “Apakah yang kamu
cari?” Jawab para murid itu menunjukkan keingintahuan yang besar pada Yesus. Kemauan untuk tahu lebih dalam tentang Yesus dan sambutan Yesus kepada mereka, menjadikan dua murid Yohanes dapat memiliki pengalaman iman sendiri bersama dengan Yesus. Mereka tidak hanya mendengar, tetapi melihat dan mengalaminya sendiri dengan hidup bersama Tuhan Yesus di dalam rumah-Nya.

Demikian pula yang terjadi dengan Simon Petrus. Dalam tiga injil yang lain, Simon ditemui dan dipanggil oleh Yesus untuk menjadi murid. Tetapi dalam injil Yohanes, kisahnya agak berbeda. Simon-lah yang menemui Yesus.

Jemaat yang terkasih, menjalani hidup dalam rasa syukur adalah menjalani kehidupan yang berdampak bagi orang lain. Kehidupan yang demikian, perlu didukung oleh suatu kondisi yang harus ada pada kita. Dua kondisi itu adalah :

  1. Sikap berani mempercayakan diri kepada Tuhan; Seperti para murid yang percaya pada kesaksian-kesaksian yang mereka dengar tentang Yesus dan kemudian mengikuti Yesus.
  2. Mengalami hidup bersama Tuhan; seperti Yohanes Pembaptis, Andreas, dan Simon Petrus yang lebih dulu melihat dan memiliki pengalaman bersama Yesus, sebelum mereka bersaksi tentang Yesus. Demikian pula dengan Paulus, yang mengalami titik balik kehidupan setelah berjumpa Yesus. Semua tokoh-tokoh ini telah memiliki perjumpaan yang menyentuh mereka, sehingga perjumpaan itu mengubahkan mereka dan menjadikan kehidupan mereka berdampak bagi orang lain.

Jemaat yang terkasih, apakah dua kondisi ini sudah kita miliki saat ini? Kita tidak perlu terburu-buru menjawab pertanyaan ini. Namun, mari kita merenungkannya secara mendalam dengan sikap hati yang terbuka dan jujur pada diri sendiri dan Tuhan. Dari tokoh-tokoh yang disebutkan dalam bacaan leksionari, kita dapat melihat ada banyak cara Tuhan menuntun kita untuk menjadi murid-Nya.

Sekalipun cara berbeda-beda, namun ada satu hal yang sama, yaitu kita semua mengalami pembentukan Tuhan. Kesediaan dibentuk itu pun merupakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan. Kadang, kita menghadapi pengalaman hidup yang tidak sesuai dengan harapan kita. Namun, ketika kita bersedia dibentuk oleh Tuhan, kita akan berusaha untuk melihat pengalaman itu dari sudut pandang relasi dengan Tuhan. Rasa ingin tahu yang tinggi pada kehendak Tuhan, akan menuntun kita untuk memiliki dan menemukan pengalaman pribadi bersama-Nya. Pengalaman-pengalaman itulah yang akan menjadi spirit kita dalam menjalani hidup sebagai kesaksian tentang Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://linktr.ee/gkjkronelan

By Admin