Artikel GKJ Kronelan

Jemaat terkasih dalam Tuhan, renungan hari ini kita diajak menggumuli sebuah tema “Jangan lampaui hamba-Mu”. Tema ini menggambarkan sebuah kerinduan agar Tuhan berkenan untuk hadir dalam kehidupan kita. Sebab apa arti hidup kita jika tanpa Tuhan? Apakah kekuatan, kepintaran, kehebatan dan kekayaan kita bisa menjamin hidup kita? Tidak! Hanya Tuhan yang bisa menjamin keselamatan hidup kita. Lalu apa yang harus kita lakukan agar Tuhan tidak melampaui kita? Setidaknya ada 3 hal :

  1. Kita harus menjauhkan hidup kita dari dosa dan segala perbuatan jahat yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, sebagaimana digambarkan dalam Mazmur 15. Mazmur 15 ini dimulai dengan sebuah pertanyaan retoris, “Siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” (ay. 1). Pertanyaan ini memberikan gambaran tentang “Orang yang bagaimanakah yang bisa mengalami kehadiran dan persekutuan intim dengan Allah?” Dan pemazmur Daud pun memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Secara tersirat ia hendak menegaskan bahwa kita dapat membuat Allah menarik kehadiran-Nya dari kehidupan kita melalui perbuatan tidak benar, penipuan, hujat, atau sifat mementingkan diri. Mengapa demikian? Karena dosa menjadi penghalang hubungan dengan Tuhan. Banyak orang yang mengeraskan hati dalam dosa. Tuhan sudah berkenan hadir dan menawarkan rahmat pengampunan, namun orang tersebut tidak mau bertobat. Akibatnya Tuhan pun melampauinya. Artinya, orang tersebut yang secara sengaja melewatkan kehadiran dan kasih Tuhan yang sangat berharga.
  2. Fokus kepada Tuhan dan menjadikan Dia yang utama dalam hidup. Entah disadari atau tidak, kita sering terjebak dalam berbagai kesibukan, sehingga tidak ada tempat dan waktu dalam hidup kita untuk Tuhan. Ada banyak hal kita kerjakan dan kita raih dalam hidup ini, namun Tuhan tidak pernah menjadi yang utama. Berkat Tuhan kita cari, namun Tuhan Sang Sumber berkat justru sering kali kita abaikan dan kita lupakan. Begitu juga dalam pelayanan yang kita lakukan di gereja. Ada banyak orang yang terjebak pada kesibukan pelayanan, namun Tuhan justru terlewatkan dan terabaikan. Kita menjadi salfok – salah focus : sepertinya melayani Tuhan namun fokusnya tidak kepada Tuhan. Hal seperti ini tampak dalam kisah Maria dan Marta seperti yang diceritakan dalam Injil Lukas 10 : 38-42. Saat itu Tuhan Yesus bersama para murid setelah melewati Samaria dalam perjalanan ke Yerusalem tiba di sebuah kampung dan singgah di rumah Marta saudara Maria dan Lazarus. Dari cerita itu pada intinya Marta bersungut-sungut, ngomel, memprotes tindakan Maria dengan menyuruh Yesus untuk menegur Maria. Tetapi Yesus justru berkata, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Yesus tidak menyalahkan apa yang dilakukan oleh Marta. Itu adalah niat baiknya untuk melayani Yesus. Namun sayang, niat baik itu malah menyingkirkan perkara yang penting, yaitu pribadi Tuhan Yesus sendiri. Marta menjadi terlalu sibuk/repot luar biasa, ia salfok (salah fokus) dalam melayani, sehingga kehadiran Yesus dan firman-Nya justru terabaikan atau terlewatkan. Jadi dalam kehidupan maupun pelayanan, kita harus tahu prioritas yang utama, yaitu apa kata Tuhan dan apa kehendak Tuhan yang harus kita dengar dan lakukan. Apa yang dilakukan Marta dan Maria, semuanya bisa menjadi pelayanan yang terbaik, asal dilakukan dengan ikhlas, penuh kasih, dan semua tertuju/terarah pada Yesus; fokusnya pada Yesus bukan pada diri pribadi.
  3. Ramah dan penuh kasih kepada semua orang, karena Tuhan bisa hadir melalui perjumpaan kita dengan orang-orang di sekitar kita. Sikap Abraham bisa menjadi contoh bagaimana kita harus senantiasa menyadari kehadiran Tuhan, melalui berbagai peristiwa kehidupan, atau melalui perjumpaan kita dengan siapa pun. Untuk itu, kita harus selalu bersikap ramah, baik dan penuh kasih kepada siapa pun yang Tuhan pertemukan dengan kita. Sebab melalui banyak hal dan cara, melalui orang-orang di sekitar kita, Tuhan bisa hadir dan menyapa kita, serta meneguhkan iman kita.

Jangan sampai Tuhan melampaui atau melewati kita, dalam arti tidak berkenan hadir dalam kehidupan kita. Kalau itu terjadi, berarti hidup kita dalam bahaya, sebab kita akan kehilangan keselamatan anugerah Allah. Oleh karena itu biarlah kita pun senantiasa memohon, “Tuhan, jangan lampaui hamba-Mu”. Permohonan ini perlu diikuti dengan sikap hidup. Dari Pemazmur, Maria dan Abraham kita bisa belajar bagaimana bersikap yang benar. Amin

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven − two =