Artikel GKJ Kronelan

Pada hari Pentakosta ini kita merayakan aliran cinta Allah. Ia mencurahkan Roh-Nya bagi umat sebagai wujud cinta-Nya. Allah tahu bahwa manusia haus akan cinta. Dari latar belakang kitab Bilangan 11:24-30, bacaan pertama kita, tampak seperti apa perasaan Musa yang haus akan cinta. Sehari-hari ia mendengar keluh kesah dari orang-orang Israel.

Tuhan memahami kelelahan Musa. Ia membutuhkan cinta dari orang-orang di sekitarnya. Supaya Musa tidak sendirian memikul bebannya, Tuhan memintanya agar mengumpulkan tujuh puluh tua-tua Israel di kemah pertemuan. Tujuh puluh tua-tua mampu berata-kata seperti para nabi. Sejatinya Musa mengharap bukan hanya tujuh puluh tua-tua saja yang mendapat aliran Roh, melainkan semua orang Israel. Sebab dengan aliran Roh itu semua mendapat hikmat Allah dan hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah.

Jika di dalam kitab Bilangan, Roh Allah hanya diberikan pada Musa dan tujuh puluh tua-tua, Tuhan Yesus memberikan Roh Kudus pada semua orang yang mau terbuka pada karya-Nya. Ia memahami bahwa manusia lelah. Dalam konteks di mana Tuhan Yesus berkarya, semua orang merasakan lelahnya hidup karena kehidupan di tengah masyarakat dipenuhi adanya saling curiga, konflik, kekerasan dan politik kotor di antara para agamawan, dll. Rupanya situasi yang terjadi di zaman Tuhan Yesus berkarya itu terjadi pula di masa kini.

audara-saudari yang terkasih, di tengah situasi seperti ini, sabda Tuhan Yesus sangat relevan. Kepada semua yang lelah dan haus, Tuhan Yesus mengatakan,”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci : Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Pernyataan itu mengingatkan kita pada tuturan Injil Yohanes dalam Yohanes 4 : 14,”Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya”. Penegasan tentang Yesus sebagai air yang menghilangkan rasa haus disampaikan-Nya kepada khalayak ramai yang hidupnya membutuhkan penyegaran. Sebagaimana setiap orang akan haus dengan air, demikian juga manusia mendambakan kebenaran pewahyuan.

Kekuatan Roh yang memberikan kesegaran hidup dinyatakan oleh Yesus dalam sabda-Nya kepada banyak orang saat merayakan pesta Pondok Daun di Yerusalem (Yoh. 7:37-39). Pada hari terakhir, yaitu puncak pesta terdapat ritual pembasuhan kaki. Ritual itu dilakukan untuk menutup rangkaian pesta. Pada saat pembasuhan itu berlangsung, Yesus memanfaatkan momentum pembasuhan dengan air untuk menyatakan siapakah diri-Nya. Ia berdiri dan berseru,”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan dalam Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup! (Yoh. 7 : 37-38).

Saudara-saudari yang terkasih, Semua orang yang percaya kepada Yesus akan menerima Roh. Roh itu dicurahkan bagi mereka yang percaya pada saat Yesus dimuliakan. Oleh karena Tuhan Yesus telah mencurahkannya, diperlukan kesiapan batin umat untuk terbuka pada karya-Nya. Upaya membuka diri terhadap karya Roh dilakukan dengan mengosongkan diri dan membuka diri untuk dipenuhi dengan karya Roh. Pengosongan diri dan keterbukaan pada karya Roh merupakan sikap hidup yang rendah hati.
Kerendahan hati ibarat bejana yang kosong dan siap menerima aliran-aliran air untuk dimasukkan ke dalamnya. Kerendahan hati selalu ada dalam diri orang-orang yang merindukan hidupnya dipenuhi cinta Allah. Hari ini, di hari Pentakosta, firman Tuhan mengingatkan kita. Terbukalah pada aliran Roh Allah yang menyegarkan, memulihkan, menjadikan kita semua disatukan dan menyatu dalam cinta di tengah semesta yang haus akan cinta. Dan kita patut bersyukur sebab Sang Cinta melimpahkan kuasa Roh-Nya bagi semesta. Selamat Pentakosta! Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi

By Admin