Artikel GKJ Kronelan

Jemaat yang mengasihi Tuhan, Rasul Yakobus mengingatkan umat, agar bijak dalam berujar atau berkata-kata. Umat harus belajar mengendalikan diri dalam hal berujar, sehingga ujaran yang keluar adalah ujaran yang membangun kehidupan dan iman, bukan yang merusak kehidupan dan iman. Ada perkataan yang berkualitas baik, ada juga yang kualitasnya buruk. Perkataan yang berkualitas baik tentu saja adalah perkataan yang membangun kehidupan dan  persaudaraan serta membawa berkat, sedangkan perkataan yang berkualitas buruk adalah perkataan yang merusak kehidupan dan persaudaraan serta menyebabkan laknat. 

Dengan menggunakan lidah sebagai kiasan, Yakobus mengajak agar lidah dipakai untuk memuji Tuhan, bukan untuk mengutuk segala ciptaan Tuhan, termasuk mengutuk sesamanya manusia. Dengan menggunakan mulut sebagai kiasan, Yakobus mengajak agar mulut dipakai untuk mengucapkan berkat bukan mengucapkan kutuk. 

Lidah, yang pada waktu itu secara sederhana dipahami sebagai organ penting penghasil suara, diibaratkan seperti api. Api memang penting dalam hidup manusia, tetapi kalau manusia lalai menjaga api yang bernyala itu, api itu sendiri yang akan menghanguskan hidupnya. Berkata-kata itu penting, tetapi lebih penting lagi menjaga agar melalui katakata kita banyak orang mendapatkan berkat, tidak malah menjadi batu sandungan. 

Perkataan yang membangun kehidupan dan iman, bukan yang merusak kehidupan dan iman juga dihayati sang pemazmur ketika mengalami perkataan Allah dalam kehidupannya. Perkataan Allah dialami sang pemazmur sebagai : Taurat, peraturan, titah dan perintah. Bagi sang pemaznur, Taurat TUHAN itu menyegarkan jiwa. Peraturan TUHAN menjadikan orang yang terbuka pikirannya menjadi berhikmat. Titah TUHAN memberikan kesukacitaan pada hidup. Perintah TUHAN menjadikan mata seseorang melihat cahaya kebenaran dari Tuhan. 

Perkataan/firman-Nya tersebut akan memandu kehidupan orang percaya untuk tetap berada di dalam jalan dan kehendak-Nya. Perkataan-Nya adalah perkataan yang membangun kehidupan iman kita, bukan perkataan yang mengarahkan kita kepada kebencian dan merusak kehidupan. 

Jemaat yang dikasih Tuhan dan yang mengasihi Tuhan, Kita memang perlu mengekang lidah kita. Mengapa? Karena setiap ujaran atau ucapan yang kita katakan bisa memengaruhi dan mengubah jalinan saraf otak kita. Andrew Newberg, seorang pakar neurosains, dalam bukunya Words Can Change Your Brain (hal. 32-33), memberitahukan kepada kita bahwa ujaran-ujaran positif yang kita katakan akan mengaktifkan pada saraf otak kita hormon pengurang stress. Sebaliknya, ujaran-ujaran negatif, seperti ujaran kebencian, akan mengacaukan saraf otak kita yang melindungi kita dari stress, bahkan lambat atau cepat bisa merusak otak kita. 

Di samping itu, ujaran-ujaran negatif, termasuk ujaran kebencian yang diarahkan kepada orang lain juga akan berdampak vital bagi orang lain. Orang lain akan merasakan sakit hati secara psikologis, perasaan hina dan takut, atau sebaliknya kemarahan untuk melakukan pembalasan baik secara fisik maupun psikis. 

Kita sering mendengar cerita ada seorang pemuda yang direndahkan oleh temannya dengan kata-kata yang buruk, gantian membalas dengan perkataan yang buruk pula. Dalam banyak kasus, bahkan bisa terjadi perkelahian karena ujaran-ujran yang negatif tersebut. 

Dengan demikian, ujaran kebencian dan ujaran permusuhan bukan bagian dari ibadah kita. Ibadah sejati akan selalu membawa relasi kita dengan sesama manusia, bahkan dalam kemajemukan agama yang ada, dalam relasi penuh hormat dan kasih. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan bahasa kita sehari-hari atau bahasa ibadah kita, jangan sampai disusupi dengan ujaran ujaran kebencian dan permusuhan.

Penting bagi kita untuk selalu berefleksi diri: Apakah perkataan yang telah kita ucapkan membangun kehidupan orang lain? Masih seringkah perkataan yang kita ucapkan menghancurkan atau melukai hati orang lain? Ada syair yang saya baca demikian: Jika luka ditubuh, masih ada harapan sembuh. Tapi jika luka di hati, ke mana obat hendak dicari. Ada juga peribahasa demikian: Mulut kamu harimau kamu. Mari kita wujudkan ibadah yang sejati, dalam setiap perkataan yang membangun, bukan perkataan yang merusak dan menyakiti. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025