Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Tuhan Yesus adalah Bait Allah yang sesungguhnya. Di dalam Dia kehadiran Allah nyata. Dengan pemahaman ini, kita melihat bahwa kehadiran Allah di tengah umat-Nya, tidak lagi berupa bangunan. Bait Allah itu adalah Pribadi yang hidup, yakni Yesus Kristus. Inilah identitas yang hendak ditampilkan oleh penulis Injil Yohanes tentang Yesus. Sebagai Bait Allah Yesus adalah pusat ibadah dan kehidupan umat Allah. Identitas Allah sebagaimana yang terdapat dalam bacaan pertama menjadi jelas. Ia adalah Allah pembebas dan kita umat yang sudah dibebaskan-Nya, sehingga menjadi orang merdeka. Kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa melalui penderitaan dan kebangkitan-Nya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Bila Yesus Kristus adalah bait Allah yang sejati, maka kita perlu merenungkan siapa kita? Untuk menjawab siapa kita, saya mau bertanya bila Anda mendengar kata “Gereja”, apa yang segera terlintas dalam benak saudara? Sangat mungkin yang muncul dalam pikiran kita adalah gedung dengan menaranya yang tinggi ditambah dengan salib sebagai simbol bahwa ia bukan gedung biasa tetapi sebuah gedung tempat orang Kristen beribadah. Memang, gambaran kita bahwa gereja itu adalah gedungnya, sangat kuat dalam benak kita. Hal ini tergambar dalam ungkapan kita yang berkata: “saya mau pergi ke gereja”. “Alamat gerejamu di mana?” dan sebagainya.
Bila kita memahami bahwa gereja itu gedung atau bangunannya, maka itu bukan pemahaman yang tepat. Pemahaman yang tepat tentang apa atau siapa itu gereja, ditulis dengan sederhana dan baik dalam nyanyian Kidung Jemaat 257. Secara lengkap, nyanyian itu berkata demikian tentang gereja : Gereja bukanlah gedungnya dan bukan pula menaranya, Bukalah pintunya, lihat di dalamnya. Gereja adalah orangnya.
Itulah sesungguhnya gereja! Gereja adalah orangnya, baik sendiri atau bersama-sama dalam persekutuan. Sedangkan gedung gereja adalah tempat orang percaya bersekutu, melakukan berbagai pelayanan, kesaksian dan sebagainya.
Sebagai gereja, jadikanlah Yesus Kristus sebagai pusat ibadah dan pusat kehidupan kita. Ia menjadi pusat karena Ia adalah Allah kita atau Bait Allah yang sejati. Menjadikan Allah di dalam Yesus sebagai pusat kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera Allah.
Sebagai persekutuan, mari kita hidupi kehidupan bersama yang penuh dengan cinta kasih Kristus. Persekutuan kita bukan persekutuan dipenuhi perhitungan untung-rugi dan pementingan diri semata. Kristus telah memberikan kepada kita teladan hidup bahwa cinta kasih-Nya yang besar telah membawa diri-Nya menjadi kurban untuk keselamatan kita.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Dalam konteks Indonesia, kita sudah menyelesaikan pemilihan umum. Kita telah memilih wakil kita di legislatif. Kita juga sudah memilih Presiden dan wakil presiden. Sangat mungkin, ada perasaan yang tidak nyaman karena yang kita pilih tidak menang sebaliknya, ada juga di antara kita yang bahagia karena pilihan kita menang. Namun saat ini, pesta demokrasi sudah selesai. Dan kita yang berbeda pilihan bersama dan bersatu lagi dalam persekutuan yang diikat oleh cinta kasih Kristus.
Semoga di momen Pra Paskah ini kita diingat dan didorong untuk menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan kita. Dalam persekutuan dan ibadah bersama, kita ingin melihat Kristus dijadikan sebagai fokus utama. Karya penebusan Kristus tidak diabaikan dalam setiap elemen ibadah dan kehidupan sehari-hari. Kita rindu supaya di mana pun dan kapan pun kita berada, kita selalu memberikan diri sebagai persembahan yang hidup bagi Kristus.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/