Artikel GKJ Kronelan

Ada banyak hal atau sesuatu yang dipergunakan dengan tidak semestinya dan menyalahi alasan serta tujuan pembuatannya sehingga justru menghadirkan keburukan. Bom misalnya, awalnya diciptakan untuk mempermudah penghancuran batu dan bukit untuk kepentingan ekonomi, namun kemudian justru dipergunakan untuk menyakiti orang lain bahkan menghancurkan lawan dalam sebuah peperangan. Sesuatu yang awalnya diciptakan dengan tujuan yang baik ketika dipergunakan secara keliru akan mendatangkan keburukan. Ilmu pengetahuan yang diperkenankan Tuhan untuk dimiliki dan dikembangkan oleh manusia ketika tidak dikendalikan dengan tepat justru berpotensi menghancurkan sesama. Lantas bagaimana seharusnya seorang beriman mempergunakan ilmu pengetahuan dari Tuhan

Bacaan hari ini dimulai dari cerita menjelang bangsa Israel memasuki tanah perjanjian. Bertahun-tahun dan generasi dari generasi mereka hidup dalam pemeliharaan Tuhan. Mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana hidup bersama Tuhan. Namun ketika mereka hendak masuk ke tempat yang baru, bangsa itu akan berjumpa dengan hal-hal yang selama ini belum mereka ketahui. Ada nilai-nilai hidup bangsa-bangsa lain yang bisa mempengaruhi kehidupan mereka. Maka dalam pesannya, Musa menubuatkan hadirnya utusan yang akan memperdengarkan perkataan Tuhan. Bangsa itu tidaklah cukup hanya tahu tentang Tuhan, namun harus hidup dalam tuntunan Tuhan itu. Ada kasih Tuhan yang harus senantiasa disadari dan menuntun menuju kepada kehendak Tuhan karena pengetahuan tentang Tuhan tidaklah cukup untuk hidup sebagai anak-anak-Nya.

Hal ini ditegaskan dalam bacaan Markus di mana roh jahat juga mengetahui bahkan mengenal Yesus dengan baik. Yang membedakan adalah roh jahat itu tidak menghidupi kasih Tuhan sehingga perbuatannya tidaklah mendatangkan kebaikan, sebaliknya justru keburukan yang dihasilkan. Pengusiran Yesus kepada roh jahat itu bermakna bahwa pengetahuan tentang Tuhan jika tidak dilandasi dengan kasihtidak bermakna apapun, malah juga tidak berkenan kepada Tuhan. Maka Paulus menasehati orang percaya di Korintus untuk memperhatikan pilihan-pilihan sikap dalam hidup bersama. Di tengah keberagaman nilai dan penghayatan iman, pengetahuan harus dituntun oleh kasih agar menghasilkan pilihan-pilihan sikap yang membangun kehidupan. Bacaan Korintus seharusnya tidak disederhanakan hanya pada persoalan boleh dan tidak boleh untuk makan, namun ada pertanyaan yang lebih dalam yakni apakah jika memilih makan atau tidak makan akan membangun kehidupan bersama..? Di sinilah kualitas seorang beriman diuji, yakni untuk mengolah pengetahuan bersama dengan kasih untuk mewujudkan kehendak Tuhan.

Dalam hidup di masa sekarang, ada banyak hal yang memiliki dua sisi yang seolah berseberangan namun melekat tak terpisahkan. Media sosial, teknologi, dunia digital, dan masih banyak hal lain menjadi dua sisi mata uang yang dihidupi oleh umat. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dielakkan dan pasti merembes bahkan membanjiri kehidupan beriman. Maka sudah bukan saatnya berdebat tentang mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, misalnya persembahan transfer, membaca Alkitab dengan gadget, dsb. Yang lebih penting adalah menanamkan pengelolaan kemajuan ilmu pengetahuan itu dengan kasih sehingga menghasilkan sikap yang bertanggung jawab. Umat diajak untuk merefleksikan panggilan kasih Tuhan yang dikumandangkan dalam kehidupan bersama, sehingga setiap hal yang dipergunakan menjadi sarana untuk mewujudkan kasih itu. Mempergunakan gadget dengan bijak bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan dan kasih Tuhan. Menggunakan uang digital untuk persembahan juga menjadi media untuk mengucap syukur. Di sini Gereja, dengan orang beriman di dalamnya, diajak untuk berolah diri merasakan, menghayati, dan kemudian merayakan kasih Tuhan dalam hidup bersama. Tuhan memberkati. Amin

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin