Artikel GKJ Kronelan

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Minggu ini, masih dalam penghayatan Natal, kiranya damai sejahtera Allah nyata dalam hidup kita. Natal biasanya menjadi momen khusus ber-kumpul dengan keluarga besar. Bila tidak bisa bertemu secara fisik, sekarang ada smartphone untuk video call sehingga bisa bertemu walaupun secara on line.

Natal biasanya menjadi waktu bersama dengan keluarga besar dan menyaksikan anak yang telah bertumbuh, ada yang telah dewasa atau bahkan ada anggota keluarga baru yang telah lahir. Namun bisa juga mengenang anggota keluarga yang sudah Tuhan panggil. Bisa juga ada pergumulan yang sedang dialami oleh keluarga kita, atau bahkan diri kita sendiri yang sedang dalam pergumulan, sehingga kesulitan menghayati sukacita kebersamaan dalam Natal.

Natal biasanya menjadi pertemuan antar generasi dan melihat proses kehidupan yang berganti. Ada perjumpaan kisah kehidupan, baik sukacita maupun pergumulan. Kisah Injil hari ini menggambarkan pertemuan beda generasi. Ada bayi Yesus, bapak Yusuf, bunda Maria, juga ada lanjut usia Simeon dan Hana, dalam pertemuan yang istimewa sehingga dicatat di dalam injil Lukas. Ada yang istimewa dalam bacaan Injil hari ini yaitu pengharapan yang membawa kelegaan. Lega berarti lepas dari kekhawatiran. Bagaimana menghayati kelegaan itu? Pada bacaan kisah Injil ini kita belajar dari Simeon dan Hana, lanjut usia yang merasakan kelegaan dan kedamaian Natal. Setidaknya ada beberapa hal penting:

Pertama: Hidup ini perlu dipandang secara utuh bahwa ada pemeliharan Allah dari generasi ke generasi. Bukan tentang diri sendiri saja tapi tentang menjaga dan membangun generasi. Kedua: bagaimana menghayati hidup dalam kelegaan natal? Kita perlu hidup tekun dan setia memelihara iman dalam ibadah. Dalam iman ada pengharapan yang menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Dalam ketekunan ibadah maka jiwa kita akan lebih mudah merasakan damai dalam pengharapan.

Jadi Saudara-saudara, Natal adalah kelahiran, kelahiran bayi membutuhkan ketekunan dan kesetiaan untuk merawat dan menjaganya. Dengan ketekunan dan kesetiaan itu maka Natal menjadi pengharapan, masa depan yang cerah dan terawat dengan baik.

Bila kenyataan keluarga kita ada yang tidak beres, atau menjadi beban masalah dan seolah tidak bisa diperbaiki hendaknya tidak perlu kita terlalu kecewa dan menyalahkan diri. Kita perlu menyadari bahwa kita bukanlah juruselamat yang harus sempurna menyelamatkan semuanya. Bila kita hidup tekun melakukan tugas dan tanggung jawab, itu sudah cukup. Kita dapat tetap berhati damai dalam menerima kenyataan itu karena ada Yesus Juruselamat! Ia telah lahir dan hadir untuk kita! Serahkanlah kepadanya dan terimalah kenyataan dalam damai.

Sebab Tuhan bisa mendatangkan orang lain hadir bagi kita memberi penguatan dalam perjuangan dan pergumulan kita. Simeon dan Hana bukan saudara Maria atau Yusuf. Namun me-reka dihadirkan Allah untuk menguatkan Maria dan Yusuf dalam pergumulannya, sebaliknya kehadiran keluarga Yusuf dan Maria memberi penguatan juga akan pengharapan bagi Simeon dan Hana. Nilai-nilai kehidupan terus terjaga dan diwariskan dalam kehidupan ibadah melalui persekutuan lintas keluarga, dan lintas generasi dalam Tuhan.

Kita perlu menghayati hidup secara utuh, bukan hanya ten-tang diri saat ini saja tapi juga tentang mewarisi dan mewariskan nilai-nilai kasih Allah, dengan tekun dan setia beribadah. Sebagaimana kisah Injil hari ini Simeon, Hana, Yusuf dan Maria yang membawa bayi Yesus ke bait Allah, mereka beriba-dah bersama. Beribadah bersama, lintas generasi, memelihara pengharapan untuk keberlangsungan hidup bersama. Mari kita menghayati iman sebagai ahli waris kerajaan Allah. Mari kita menjadi teladan mewariskan nilai kehidupan kepada generasi berikutnya. Itu akan membuat hidup kita lega dan damai. Amin

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025