Artikel GKJ Kronelan

Seseorang yang berintegritas adalah orang yang hidup dengan benar, jujur, tidak terbagi, atau menjadi orang yang berbeda dalam keadaan yang berbeda. Seseorang yang berintegritas adalah orang yang sama baik secara pribadi ataupun di depan umum.

Ketika mengajar di bukit, Yesus memberikan perkataan pujian kepada para murid, “Kamu adalah garam dunia, Kamu adalah terang dunia.” Yesus yang yakin akan kemampuan pemuridan pengikutnya mendorong mereka untuk mencerminkan sukacita Kerajaan Allah dalam cara mereka hidup sebagai murid, yaitu dengan “membawa cita rasa dan menjadi mercusuar cahaya.” Seseorang yang merupakan garam dunia dan terang dunia adalah orang yang berintegritas, berkarakter dan yang terbaik. Ajaran Yesus tentang garam dan terang (Matius 5:13-16) tentu sangat familiar bagi kita. Ajaran Yesus bukan hanya tentang apa Kerajaan Allah itu, tetapi juga tentang integritas para murid, tentang siapa kita sebenarnya, seperti apa kehidupan baru kita di alam baru ini, lezat dan bercahaya.

Menjadi murid Yesus tidak untuk duduk dalam kenyamanan atau sekadar memberi tahu orang lain tentang betapa hebatnya kehidupan berkelimpahan yang kita miliki. Yesus sedang berbicara kini dan di sini tentang kehidupan yang berdampak nyata bagi orang lain di dunia. Jadi, demikian pula para pengikut Yesus dipanggil untuk ada bagi orang lain. Namun, Yesus memperingatkan bahwa garam bisa menjadi tawar (môranthê), yaitu kehilangan rasa atau nilainya. Demikian juga cahaya berfungsi agar manusia dapat melihat, tidak malah diletakkan di bawah gantang. Dalam perspektif ini, terang bukan sekadar membiarkan orang lain melihat apapun yang mereka inginkan, tetapi juga agar orang lain menyaksikan tindakan keadilan yang dilakukan para pengikut Yesus. Di luar itu, memungkinkan orang lain mengenali penyebab tindakan ini, yaitu kuasa Tuhan!

Saudara, kita harus memiliki integritas. Tidak mungkin kita memberitakan kabar baik jika hidup kita adalah kabar buruk. Kita tidak bisa menyampaikan berita kesembuhan jika kita tidak mengalami manifestasi keutuhan yang ingin Tuhan berikan dalam hidup kita, seperti garam yang menjadi tawar dan terang yang diletakkan di bawah gantang. Sebagai anggota jemaat mungkin kita mengaku cukup religius, tapi ini tidak tercermin dalam kehidupan bersama kita. Ibadah-puasa kita sesungguhnya adalah tindakan yang penting dan bermakna. Ibadah akan bermakna jika diimbangi perlakuan etis terhadap sesama, terintegrasi ke dalam bidang lain dari kehidupan sosial-umat seperti yang dikehendaki Allah. (Yesaya 58:1-9a). Bukan sekedar formalitas tetapi integritas!

Saudara, kita harus berada di tempat seperti yang kita katakan di mana kita berada. Itulah yang kita lakukan ketika tidak ada yang melihat, dan itulah yang kita perbuat ketika tidak harus berada di depan orang (umum). Itulah cermin integritas kerohanian kita, nilai-nilai dan kekuatiran kita selama ini. Jika kita berbagi hal ini dengan orang lain, kita akan merasa seperti di rumah sendiri sebagai keluarga kerajaan Allah. Jika Saudara ingin menjadi orang yang berintegritas, itu tidak akan terjadi dalam semalam. Dalam beberapa hal, ini adalah proses seumur hidup. Kita harus secara sengaja membuat rencana untuk menjadi orang yang berintegritas. “Kamu adalah garam dunia!” Garam dan terang menggambarkan integritas Kristen. Metafora yang kuat ini memanggil kita untuk percaya diri dalam menjalani dan membagikan iman kita. Sebab, seperti firmanNya, (Yesaya 58:10) “..terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” “Haleluya!

Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.” Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://linktr.ee/gkjkronelan

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025