Arti Pentakosta di dalam Alkitab, pada waktu perayaan Pentakosta, umat Israel membawa hasil panen mereka ke Bait Allah, sebagai persembahan syukurnya. Mereka datang bersama-sama berjalan ke Bait Allah sambil bernyanyi dan membawa hasil panen. Alkitab mengatakan bahwa mereka berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta, Arab, dan mungkin juga masih banyak yang berasal dari negeri-negeri lain. Tentunya Yerusalem menjadi sangat ramai sekali. Karena banyak orang mudik.
Peristiwa Pentakosta memiliki tujuan untuk menyatukan umat dalam tiga hal. Pertama, mereka disatukan oleh rasa syukur kepada Allah. Pentakosta, menjadi hari di mana semua orang berkumpul menjadi satu dan bersama-sama mengucap syukur atas anugerah Allah dalam hidup mereka. Melalui perayaan syukur tersebut umat diajak untuk menghayati bahwa Allahlah yang berkuasa memberikan kehidupan pada tumbuhan hingga menghasilkan buah. Melalui perayaan tersebut mereka bersehati untuk memuliakan Allah atas anugerah yang dilimpahkan kepada mereka. Mereka tetap sadar untuk tetap hidup bergantung kepada kasih dan kuasa Allah.
Makna yang kedua, mereka disatukan oleh hukum Tuhan. Pentakosta diingat dan dimaknai sebagai hari pemberian hukum Tuhan di gunung Sinai kepada bangsa Israel. Setelah mereka dibebaskan dari Mesir, Allah memberikan mereka hukum Tuhan untuk menjadi koridor hidup bagi mereka sebagai umat Tuhan. Hukum diberikan bukan untuk mengekang, tetapi menolong mereka agar menjadi umat yang mengasihi Allah dan memiliki nilai-nilai hidup serta moral etik sebagai manusia yang ber-Tuhan dan berkeadaban.
Ketiga, mereka disatukan untuk hidup di dalam karya Roh Kudus. Hari raya Pentakosta dikenal juga sebagai hari pencurahan Roh Kudus. Alkitab mengatakan bahwa di hari itu, para murid dipenuhi dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (ay.4). Roh Kudus memampukan para murid yang berbahasa dengan logat Galilea, berkata dalam bahasa lain. Di dalam Roh Kudus, para murid dimampukan untuk bersama-sama memberitakan perbuatan-perbuatan besar karya keselamatan yang Allah kerjakan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Bahasa yang awalnya menjadi penghalang untuk mereka dapat mengerti, diubahkan oleh Roh Kudus menjadi jalan masuk pemberitaan kabar keselamatan bagi mereka.
Apabila di dalam peristiwa Pentakosta kita melihat karya Allah yang mempersatukan, hal yang sebaliknya justru terjadi dalam kisah Menara Babel. Di kisah Menara Babel kita justru melihat bagaimana Allah mencerai-beraikan mereka yang ingin hidup bersatu dan bersama. Tentunya hal ini menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa Allah melakukan dua hal yang berbeda padahal mereka memiliki tujuan kesatuan yang sama.
Apabila kita amati lebih teliti maka kita menemukan, sekalipun tujuannya terlihat sama yaitu menyatukan, namun dasar dari tindakan tersebut berbeda. Peristiwa Pentakosta dan cerita Menara Babel berbicara tentang upaya kesatuan yang berbeda tujuan. Manusia Babel menyatukan diri dalam upaya untuk menentang keinginan dan tujuan Allah. Sebaliknya, peristiwa Pentakosta menyatukan umat untuk hidup mengikuti kehendak Allah.
Manusia Babel menjadikan kesamaan latar geografis, bahasa, dan relasi sebagai jalan untuk menyatukan diri. Di dalam Pentakosta kesatuan didasarkan pada relasi dan persekutuan umat dengan Allah Trinitas. Roh Kudus menyatukan mereka yang berbeda bangsa dan bahasa. Manusia Babel dituntun oleh kehendak dirinya, sedangkan umat di dalam peristiwa Pentakosta dituntun oleh kehendak Roh Kudus. Manusia Babel bekerja dan berkarya untuk kemuliaannya, umat Allah mengerjakan pekerjaan karya keselamatan Allah di dalam Kristus bagi dunia. Untuk itulah, peristiwa Pentakosta mengingatkan dan meneguhkan kita bahwa Roh Kudus selalu menyatukan umat pada persekutuan yang intim dengan Allah Trinitas dalam tujuan dan kehendak-Nya. Sebaliknya, roh manusia Babel menyatukan manusia untuk dirinya dan keinginannya.
Jadi, hari ini, ketika kita merayakan Pentakosta, ingatlah bahwa Roh Kudus telah menyatukan kita yang berbeda latar budaya, bahasa, geografis, gereja, menjadi satu dalam tubuh Kristus. Karena kita telah disatukan oleh Allah, maka kita pun hendaknya mengerjakan apa yang menjadi kehendak Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dan, kita akan dapat melakukan hal tersebut jika kita hidup mau dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus bukan oleh kehendak dan keinginan kita. Ingatlah selalu bahwa Roh Kudus selalu menyatukan dan tidak memisahkan. Selamat merayakan Pentakosta. Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/