Umat yang dikasihi Tuhan, pada hari ini kita diundang untuk merenungkan dan merayakan kehadiran Tuhan Yesus di kota Yerusalem. Umat di Yerusalem melambai-lambaikan daun palem sebagai gambaran sukacita kedatangan Mesias. Minggu Palma tidak hanya berfokus pada kedatangan Tuhan dalam gegap gempita. Bacaan leksionari dalam bacaan pertama di minggu Palma tidak terlepas dari gambaran kesengsaraan hamba Tuhan. Yesaya menggambarkan hamba Tuhan yang menanggung derita, namun ia memiliki keteguhan hati karena mengetahui dan meyakini pertolongan Tuhan. Gambaran keteguhan hati ini, yang membuat hamba Tuhan berani dan bersedia menanggung sengsara.
Gambaran kisah sengsara dalam Minggu Palma justru menjadi gambaran pemuliaan Kristus, bagi orang-orang Kristen masa kini. Kita bersama bersorak- sorai, namun kita juga perlu bertanya, apakah sorak- sorai ini menandakan bahwa kita benar-benar mengerti siapa Yesus?
Kita diajak untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan pemahaman yang lebih mendalam. Bukan sekedar mengharap datangnya untuk memenuhi harapan kita atau keinginan kita. Bukan memberikan solusi cepat untuk masalah kita, namun kisah ini mengajak untuk kita merenungkan, Tuhan Yesus hadir dalam kebersediaan untuk berkurban, menghadapi sengsara oleh karena kasih-Nya yang besar. Justru kita saat ini dipanggil untuk belajar bahwa kedatangan Tuhan Yesus mengisyaratkan panggilan untuk mengikuti-Nya, menerima jalan- Nya, dan meneladani-Nya. Imitatio Christi.
Imitatio Christi ini juga menjadi laku hidup orang percaya untuk menyambut kehadiran Kristus dalam hidup sehari-hari. Seperti halnya bagian percakapan antara orang Farisi yang tidak senang dengan pujian dan penyambutan orang banyak ini kepada Tuhan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, suruhlah murid-murid-Mu diam!” (Lukas 19:39). Hal yang sama dapat terjadi saat kita berjuang untuk meneladani Kristus. Dalam situasi ini, ingatlah saat Tuhan Yesus menjawab dengan tegas Dalam situasi ini, ingatlah saat Tuhan Yesus menjawab dengan tegas kepada orang-orang Farisi itu, “Aku berkata kepadamu, jika mereka ini diam, maka batu-batu ini akan berteriak” (Lukas 19:40). Ini adalah teguran sekaligus juga panggilan, imitatio Christi berarti tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga menjadi pelaku Firman. Kalau kita tidak melakukan apa-apa, seperti kata Tuhan Yesus, batu-batu akan berteriak menyambut Yesus. Jangan diam atau acuh tak acuh, perlu ada tindakan nyata, sebagai komitmen untuk menyambut-Nya dengan sungguh-sungguh dalam hati dan hidup kita.
Umat yang terkasih di dalam Tuhan, kehadiran Tuhan yang membawa disrupsi di Yerusalem dan mendisrupsi keseharian kita. Hal ini perlu kita terima sebagai anugerah yang nantinya menuntun kita, untuk meneladani ketaatan, keteguhan hati, dan keberanian-Nya menyongsong derita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik. Kita diundang menjadi pribadi percaya untuk hidup dengan motto: imitatio Christi. Kita diundang untuk menjadi pribadi percaya yang menyambut-Nya dengan sukacita sejati, dengan melepaskan harapan- harapan duniawi yang bisa jadi tidak sejalan dengan kehendak Allah. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/