Artikel GKJ Kronelan

Kita telah menghayati bersama peristiwa Kristus sejak masa Pra-Paskah hingga saat ini. Pada masa Pra-paskah kita diajak untuk hidup dalam pertobatan dengan menyangkal diri, berpuasa, berpantang. Melalui kegiatan tersebut kita menghayati pergolakan hidup seperti yang dirasakan Tuhan Yesus dalam menghadapi sengsara-Nya dikayu salib. Dalam kehidupan kita, pergolakan hidup sangat beragam bentuknya. Pergolakan tersebut bisa jadi akibat terganggunya hubungan interpersonal, konflik, bencana sosial, sakit penyakit, bencana alam, krisis keuangan, dll. Pada Minggu Paskah III ini kita diajak menghayati dan merayakan peristiwa Kristus setelah kebangkitan-Nya. Ia telah mengalahkan maut dan belenggu dosa melalui kebangkitan-Nya. Paskah mengajak kita untuk bangkit dari keterpurukan melalui perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus.

Bacaan Injil hari ini, Yohanes 21:1-19 memberi kesaksian bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di tepi Danau Tiberias. Injil mencatat bahwa perjumpaan ini adalah yang ketiga kalinya sesudah kebangkitan-Nya. Danau Tiberias merupakan bagian dari Danau Galilea. Danau Galilea bukanlah tempat yang asing bagi Simon Petrus dan kawan-kawannya.

Setelah para murid melihat Yesus mengalami penderitaan di kayu salib, maka bukan tanpa sebab bila mereka memilih kembali ke Galilea. Sepintas tampak seolah-olah mereka kembali ditelan oleh indahnya nostalgia. Seakan mereka ingin kembali ke masa lalu dengan pulang ke Galilea. Di Danau Galilea, mereka ingin memulihkan hidupnya yang serasa diliputi kegagalan dan keterpurukan. Para murid ingin menemukan lagi pengharapan baru di tengah kesedihan yang mendalam.

Dalam kacaunya pergolakan pikir dan batin yang sedang mereka rasakan, Tuhan berkenan datang dan menyapa. Sapaan Tuhan itu membuat mereka sadar bahwa Tuhan Yesus yang tersalib itu benar-benar bangkit. Perjumpaan itu menumbuhkan Kembali semangat yang hancur. Perjumpaan bersama Tuhan membawa mereka kembali pada panggilan yang ditetapkan oleh Tuhan. Perjumpaan itu seolah membaharui misi para murid, yaitu untuk menggembalakan kawanan Domba Allah.

Saat ini, Tuhan Yesus hadir menyapa kita. Amat disayangkan, kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita kadang tertutup oleh hiruk-pikuk pikiran yang kacau. Ada berbagai persoalan yang membuat kita tidak dapat merespons sapaan Tuhan pada kita. Pada situasi yang seperti itu, sesungguhnya kita membutuhkan ketenangan batin. Kita bisa belajar dari para murid yang mundur sejenak ke “Galilea” kehidupan kita. “Galilea” kehidupan kita bisa jadi ada di kenangan-kenangan manis bersama orang-orang yang mengasihi dan dikasihi. Mungkin pula “Galilea” kehidupan itu ada di tempat yang meneduhkan batin.

Perjumpaan dengan Yesus mengubah kehidupan. Hal tersebut dialami pula oleh Saulus. Kisah Para Rasul 9:1-20 mencatat bahwa perjumpaan iman yang dialaminya mampu mengubah hidupnya. Semula Saulus menjadi penganiaya umat Kristen, namun ketika Tuhan berkenan menampakkan diri dan menyapanya, maka kebenciannya yang berkobar dalam hatinya luluh seketika. Perjumpaan spiritual dengan Tuhan Yesus bagaikan oase di padang pasir yang memberi kesegaran dan pengharapan hidup.

Setiap orang pasti memiliki pengalaman perjumpaan yang mengubah hidup. Pengalaman yang tertanam dalam kehidupan akan menjadi memori positif apabila digunakan untuk membangkitkan semangat yang patah, seperti yang dialami oleh Rasul Petrus dan kawan- kawan di tepi Danau Tiberias. Mengapa ada perubahan dalam diri Rasul Petrus dan Saulus? Sebab mereka mau membuka diri terhadap kehadiran Sang Kristus. Demikian juga dengan kita semua. Kita diajak membuka diri kepada Kristus.

Sebagai gereja yang diutus ke dalam dunia, kita diminta untuk hadir, menjaga, dan memelihara kehidupan jemaat di tengah situasi penuh dinamika ini. Sebagai kawanan domba Allah, gereja diharap mampu berjalan bersama-sama. Di tengah situasi dunia yang terus bergejolak ini gereja harus saling menggembalakan. Sebagai tubuh Kristus, sudahkah kita saling bergandengan tangan dan hadir untuk menjawab tantangan kehidupan? Gereja adalah wajah Kristus yang tampak di dalam dunia ini. Oleh karena itu, seperti Yesus yang menampakkan diri kepada para murid dan kepada Saulus, demikian pula kehadiran gereja di tengah masyarakat. Gereja harus menyapa dengan ramah dan memberi kesegaran bagi masyarakat di sekitarnya. Amin!

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × five =