Bapak-Ibu-Saudara yang terkasih, kita pernah mendengar berita aksi bunuh diri massal yang terjadi, pada tanggal 18 November 1978 di kota Jonestown, di negara Guyana, berbatasan dengan Brazil dan Venezuela. Aksi tersebut dipimin oleh pemuka agama yaitu Pendeta Jim Jones, dan komunitas keagamaannya: People Temple. Tentunya sangat miris mendegarnya.
Bapak-Ibu-Saudara yang mengasihi Tuhan, Dalam kotbah-Nya, Yesus mengatakan agar banyak orang waspada supaya tidak disesatkan. “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka” (ayat 8).
Konteks sabda Yesus ini adalah nubuat Yesus tentang kehancuran Bait Allah Yerusalem. Ketika banyak orang Yahudi mengagumi kemegahan Bait Allah yang dibangun dengan bantuan Raja Herodes ini, Yesus justru membicarakan tentang kehancurannya. Nubuat Yesus memang terjadi. Tahun 70 Masehi, Bait Allah Yerusalem dihancurkan oleh tentara Romawi di bawah komando jenderal Titus. Pada hari kehancuran itu, situasi zaman memang memanas. Situasi hidup begitu sulit: kelaparan dan penyakit semakin merajalela. Perang semakin meluas. Pengikut- pengikut Yesus berhadapan dengan rangkaian penderitaan hidup: mereka dianiaya, dipenjarakan, bahkan beberapa orang di antara mereka mati dibunuh.
Dalam situasi semacam inilah, banyak orang akan mengaku-aku sebagai mesias, sang penyelamat dunia. Mereka menawarkan beragam jalan mudah untuk selamat dengan klaim kemesiasannya tersebut. Di sinilah dibutuhkan kewaspadaan umat untuk tidak tersesat mengikuti mesias-mesias palsu. Kata waspada, dalam bahasa Yunani, blepo, bermakna melihat dengan cermat, meneliti dengan seksama.
Mengapa perlu waspada, atau melihat dengan cermat? Karena orang-orang ini tidak hanya akan mengaku diri sebagai mesias, namun juga memakai nama Yesus dalam mewartakan kepentingannya. Artinya, kalua tidak cermat, dengan mudah orang-orang akan tersesat.
Bapak-Ibu-Saudara yang dikasihi Tuhan, Peristiwa bunuh diri massal seperti di Guyana menunjukkan kepada kita bahwa kadang bagi banyak orang memang tidak mudah membedakan mana penyesat mana bukan, mana yang tersesat mana yang tidak tersesat. Bagi jemaat People Temple sendiri, mereka merasa tidak sedang tersesat, mereka bahkan sedang menjalankan iman dengan benar di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya banyak dari mereka secara sukarela berpartisipasi dalam bunuh diri massal tersebut.
Ketika kita berjumpa dengan seseorang, entah sesama jemaat atau bukan, tidak mudah juga untuk mengategorikan seseorang sesat atau tidak, tersesat atau tidak. Ini dikarenakan:(1) Kita tidak bisa mengatakan orang lain sesat, hanya karena mereka memiliki pendapat, pandangan, atau penilaian yang berbeda dengan kita. Kita tidak bisa mengatakan, “Mereka semua sesat karena berpandangan bahwa orang Kristen tidak perlu merayakan Natal.”(2) Kita tidak bisa mengatakan orang lain sesat hanya karena mereka punya cara ibadah yang berbeda dengan kita tidak bisa mengatakan, ”Mereka sesat, ibadah di gereja kok pakai kemenyan.”
Namun demikian, ada petunjuk yang bisa kita perhatikan agar kita atau sesama kita tidak tersesat khususnya ketika ada banyak Mesias-Mesias Palsu, yang membawa-bawa nama Yesus untuk kepentingannya sendiri: Pertama, waspadalah terhadap orang-orang yang menuntut kepatuhan fanatik/buta terhadap ajaran dan kepercayaan yang dianutnya. Setia terhadap Kristus tidak sama dengan fanatik terhadap ajaran yang dianut.
Kedua, waspadalah terhadap orang-orang yang meneriakkan ancaman fisik dan psikis bagi mereka yang tidak setuju dengan ajaran yang dianut dan yang mau pindah agama. Iman Kristen tidak dibangun dengan ancaman fisik apalagi psikis, melainkan kebebasan kristiani dan kasih dalam Kristus.
Ketiga, waspadalah terhadap orang-orang yang memengaruhi kita untuk menarik diri dari kesalehan sosial kita dan tanggung jawab hidup kemasyarakatan. Iman kita tidak hanya terarah ke surga tetapi juga ke dunia ini dalam segala problematikanya. Keempat, waspadalah terhadap orang-orang yang menyerukan ujaran kebencian bahkan konflik atas nama agama, sekalipun seruan itu dibalut dengan ayat-ayat kitab suci. Perbedaan agama bukan dasar kebencian atas nama agama. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/