Ayat Bacaan: Lukas 6: 17-26
Firman Tuhan di dalam Yeremia 17 ayat 7 menyebutkan : “Diberkatilah orang yang mengandal- kan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” Mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada Tuhan adalah perbuatan yang mencerminkan diri sebagai orang percaya. Namun banyak orang lebih sering mengandalkan kekuatan dan kemampuannya sendiri dan sering meninggalkan Tuhan.
Selajutnya, dikiaskan dalam ayat 8 bahwa orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan kepada Tuhan itu adalah seperti pohon yang ditanam di tepi air. Itu artinya pohon yang mendapat cukup makanan dan minuman. Bagaimana keadaannya? Tentu ia akan tetap segar. Begitulah orang yang mempercayakan diri kepada Tuhan, hidupnya akan tetap terpelihara dalam berkat Tuhan. Tetapi jangan salah mengerti. “Berkat” di sini tidak identik dengan berkat jasmani, yaitu materi atau hal- hal lain yang bersifat duniawi semata. Sekalipun kehidupan tidak steril dari masalah, tantangan dan pergumulan, dengan mengandalkan Tuhan, maka Tuhan memberikan kasih dan kekuatan untuk terus bertahan. Inilah berkat Tuhan yang membuat kehidupan kita tetap bertumbuh segar dan berpengharapan. Berkat seperti itulah yang menjadi kebahagiaan bagi orang percaya.
Dengan bahasa yang berbeda, Yesus menyebut orang yang berbahagia adalah kamu yang miskin, kamu yang lapar, kamu yang sekarang menangis, kamu yang dibenci karena Anak Manusia. Kepada mereka inilah Yesus menyebut sebagai orang yang berbahagia! Jika kita perhatikan, orang yang miskin, lapar, yang menangis dan dibenci adalah gambaran orang yang mengalami kelemahan dan kerapuhan.
Apakah mungkin mereka yang mengalami kelemahan dan kerapuhan, justru merasa bahagia? Sangat mungkin sebab ketika kita menyadari bahwa kelemahan dan kerapuhan kita adalah ruang di mana kita sungguh-sunguh mengandalkan Allah, di situ kita berbahagia. Di situ kita justru akan merasakan kasih dan kuasa Allah yang bekerja dalam diri dan hidup kita. Dan kalau Allah bekerja dalam diri kita, hasilnya melebihi apa yang kita pikirkan. Berkat-Nya, damai-Nya, kekuatan-Nya dinyatakan kepada kita.
Sebaliknya, Yesus menyebut celaka bagi orang yang kaya, kenyang, tertawa dan menerima pujian. Kalau begitu. apakah kita tidak boleh kaya, tidak boleh kenyang, tidak boleh tertawa dan tidak boleh menerima pujian? Tentu saja boleh. Hanya saja kita harus berhati- hati. Ketika kita merasa berpuas diri, dengan memusatkan hidup pada materi, merasa sudah bisa mencukupi segala kebutuhan, mengenyangkan segala keinginan, merasa diri cukup hebat karena banyak dipuji, lalu dengan itu kita merasa tidak butuh Tuhan, dan hidup dengan tidak mengandalkan Tuhan lagi, di situ kita disebut celaka.
Orang seperti itu mungkin merasa bahagia secara duniawi, tetapi itu sorga palsu, bukan sorga yang sesungguhnya. Ia merasa diberkati karena berbagai materi, namun kehilangan berkat sesungguhnya dari Tuhan. Surat 1 Korintus 15: 12-26 mengajak kita untuk memaknai pentingnya kebangkitan Kristus, Jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah iman percaya kita, dan sia-sia juga hidup kita. Sebab jika Kristus tidak bangkit, maka hidup kita akan berakhir pada kematian atau kebinasaan. Keyakinan iman ini penting bagi kita, sebab meneguhkan kita bahwa Kristus yang bangkit itu layak untuk kita andalkan. Dengan mengandalkan Kristus yang bangkit dan menaruh harapan kepada-Nya, maka kita punya masa depan yang indah. Ada berkat Tuhan yang disediakan bagi kita melebihi segala berkat di dunia ini, yaitu keselamatan anugerah Tuhan. Jika kita setia sampai akhir kepada Kristus, maka kita sungguh-sungguh menjadi orang yang diberkati.
Namun kita sadar, untuk menjaga kesetiaan mengikut Kristus, dan terus mengandalkan- Nya, bukanlah hal yang mudah. Rasa angkuh dan sombong selalu menggoda kita, sehingga seringkali kita hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan manusia. Saat menghadapi berbagai pergumulan hidup, seringkali kita menjadi tidak sabar, lalu meninggalkan ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, mencari pertolongan di luar Tuhan, dan tidak lagi mengandalkan Tuhan. Mari menyadari bahwa kita adalah manusia yang terbatas. Namun saat kita mengalami kelemahan dan kerapuhan, jangan berkecil hati, Jadikan ketidaksempurnaan, kelemahan dan kerapuhan justru sebagai tempat atau ruang bagi kita untuk mengandalkan Tuhan. Ketika kita mengandalkan Tuhan, maka kita akan berserah pada tuntunan-Nya, taat pada kehendak-Nya, dan terus setia menjadi pengikut Kristus. Di situlah maka kasih dan kuasa Allah bekerja nyata dalam hidup kita, dan akan merasakan bahagia, sukacita dan diberkati Tuhan. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan! Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/