Bapak, Ibu, dan Saudara terkasih di dalam Kristus, Mendengar adalah aktivitas sensorik atau inderawi dasar yang dimiliki oleh manusia sejak lahir. Mendengarkan tentu berbeda dengan mendengar. Mendengarkan bukan sekadar mengenali gelombang suara sebagai suara omongan orang lain, suara musik dari perangkat audio, suara gonggongan anjing, suara tukang bakso yang lewat, atau suara piring pecah di rumah tetangga. Mendengarkan berarti juga mencamkan. Dan mencamkan berarti “memperhatikan dengan sungguh-sungguh” atau “meresapkan ke dalam pikiran dan hati”.
Bapak, Ibu, dan Saudara terkasih di dalam Kristus, Hari ini kita memperingati satu peristiwa penting dalam kehidupan Yesus dan para murid-Nya. Pada kalender liturgi, kita menyebut peristiwa ini sebagai transfigurasi Yesus Kristus. Peristiwa ini merupakan sebuah momen yang agung – yang barangkali tidak kalah nilai teologisnya dibandingkan Paskah, Natal, atau Pentakosta. Ibadah pada Minggu Transfigurasi merupakan sebuah perayaan iman yang memberikan konfirmasi dan penguatan kepada kita, para pengikut Yesus, bahwa Dia adalah sungguh- sungguh sosok yang mulia, agung, dan patut dijunjung tinggi. Di samping itu, ada satu pemaknaan lain yang juga sangat penting, yaitu melalui peristiwa transfigurasi Sang Kristus, kita juga diajar untuk menjadi lebih tekun dan bersungguh-sungguh mendengarkan sabda-Nya.
Kebersamaan ketiga murid yang menyaksikan peristiwa transfigurasi Yesus, sosok Musa dan Elia yang merepresentasikan kitab-kitab suci yang selama ini mereka imani, dan suara dari surga yang memerintahkan agar mereka mendengarkan Yesus, tentu bukanlah peristiwa kebetulan saja. Semua itu merupakan cara Allah untuk mengokohkan kepercayaan para murid untuk terus mengikut Yesus. Pemuliaan Yesus bersama dengan Musa dan Elia menunjukkan bahwa sosok Sang Guru yang mereka ikuti bukanlah sekadar pengajar agama biasa. Transfigurasi Yesus bersama kedua nabi besar dari masa lampau itu menunjukkan bahwa Yesus adalah sosok yang, paling tidak, setara dengan keduanya. Bahkan Yesus bisa dikatakan melampaui kedua nabi tersebut, karena penampakan itu diikuti suara dari surga yang mengatakan, “Dengarkanlah Dia!”
Sejak momen itu, para murid bisa jadi mengalami pencerahan bahwa mereka perlu lebih mendengarkan dan mencamkan setiap perkataan Yesus, serta merekamnya dalam ingatan mereka. Kini mereka sadar, perkataan Guru mereka ternyata sama pentingnya dengan apa yang Allah sabdakan di dalam kitab-kitab Taurat dan kitab-kitab nabi-nabi. Dan tentunya bukan hanya mendengarkan dan mencamkan perkataan Yesus, para murid juga melakukan apa yang Yesus ajarkan kepada mereka.
Saudara-saudara terkasih di dalam Kristus, Memahami kehendak Allah dengan mendengarkan Kristus adalah bagian dari spiritualitas Kristen. Ketika seseorang mendengarkan kemudian memahami (dan tentunya melakukan) kehendak Allah, Paulus menggambarkannya sebagai “mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung.” Dengan demikian, bukan hanya Musa dan Yesus yang mengalami transfigurasi, kita pun juga mengalaminya. Sebagaimana kata Paulus, “kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”
Bukan hanya pendengaran melalui telinga kita saja yang penting. “Pendengaran batin”, yaitu kemampuan atau kepekaan untuk memilah (discerning) apa yang baik dan seturut kehendak Allah, juga tidak kalah penting. Mendengarkan perkataan Kristus dan melakukannya adalah bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Jadi, mendengarkan Sang Kristus berarti juga melakukan apa yang diajarkan dan diteladani-Nya. Melalui perayaan Minggu Transfigurasi pada hari ini, kita diajak untuk memiliki kepekaan untuk mendengarkan Sabda Kristus dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui pembacaan kitab suci harian, mengikuti ibadah-ibadah mingguan di gereja, juga melalui relasi dengan sesama di mana pun kita berada, maupun melalui aktivitas keseharian kita. Mari, dengarkanlah Dia, agar kehidupan kita selalu tertuntun, mengikuti kehendak Allah. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/