Jemaat yang dikasihi Tuhan, Sikap Yesus yang tidak kenal lelah untuk memberi kesempatan kepada semua orang dapat mengerti karya Allah, itu juga yang sebenarnya diperlihatkan oleh Tuhan kepada bangsa Israel. Termasuk mereka yang telah pulang dari pembuangan. Sebab, jika kita memperhatikan bacaan yang pertama, yang terambil dari Yesaya 65:1- 9, di sana disebutkan bahwa demi dapat memberi kesempatan kepada bangsa Israel untuk merasakan karya-Nya, Tuhan Allah tidak segan-segan untuk merendahkan diri-Nya, memperlihatkan diri-Nya demi ditemukan oleh umat-Nya, dan memberi petunjuk kepada orang yang tidak mencari-nya. Bahkan sanking rindu-Nya Tuhan kepada umat-Nya, Tuhan pun berseru, “Ini Aku, ini Aku” (Yes 65:1c).
Kerinduan Tuhan agar semua orang mendengar dan merasakan karya-Nya “berapun harganya”, termasuk dengan melibatkan umat pilihan-Nya untuk dapat mewartakan karya Allah itu juga yang dimengerti oleh Pemazmur dan juga Paulus. Terkait dengan hal itu maka, ketika Pemazmur merasakan Tuhan seolah diam ketika Bangsa Israel ada dalam situasi terjepit karena penderitaan yang bertubi-tubi dan karena merasakan ancaman dari bangsa lain yang digambarkan sebagai ancaman binatang buas; hal itu tidak kemudian menjadikan pemazmur mengajak bangsa Israel untuk mencari ilah lain. Sebaliknya, Pemazmur mengajak bangsa Israel untuk selalu mengandalkan Tuhan dan memuji karya Allah. Sebab, Pemazmur meyakini bahwa hanya Allah yang menjadi Penolong dan Kekuatan mereka.
Begitu juga dengan Paulus. Ketka Paulus mengetahui bahwa ada sebagian jemaat di Galatia (terutama yang berlatar belakang Yahudi) bermaksud untuk membatasi karya Allah bagi jemaat non Yahudi, dengan dalih bahwa mereka belum mengenal dan belum menjalankan Hukum Taurat, Paulus pun segera mengirimakan suratnya kepada mereka. Di mana dalam surat tersebut Paulus menjelaskan bahwa Hukum Taurat itu diberikan bukan supaya orang yang melakukannya dapat diselamatkan, tetapi supaya orang dapat mengetahui tindakan-tindakan yang disebut sebagai dosa, untuk kemudian menjaga dirinya agar tidak melakukan dosa itu. Terkait dengan hal itu maka sebagai jemaat yang sudah percaya dan dibaptis dalam Kristus, maka mereka semua (baik yang berlatar belakang Yahudi maupun non Yahudi) sebenarnya sudah mendapatkan jaminan keselamatan di dalam Yesus. Karena itu tidak semestinya mereka memberi batasan pada yang lain untuk mendengar dan mengenal karya Allah dalam kehidupan mereka.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Jika kita memperhatikan kehidupan kita sehari-hari, rasanya kita mendapati bahwa hal yang berhubungan dengan memberikan batasan, sering kali kita temukan. Bahkan merupakan kecenderungan yang ada dalam diri setiap orang. Hal yang menyebabkan itu terjadi tentu bermacam-macam. Mulai dari fakta bahwa dengan memberi batasan, maka kehidupan akan berjalan pada rel yang benar, itu biasanya ditemukan dalam batasan-batasan yang ada di peraturan atau hukum (contohnya terlihat dari penggunaaan kata: “jangan” atau “dilarang” yang ada dalam peraturan) -, sampai dengan batasan dalam memilih pergaulan atau relasi, dengan dalih menjaga diri dari lingkungan pertemanan yang toxic (atau pertemanan yang negatif dan “beracun”).
Tentu saja semua batasan dan kecenderungan membatasi diri yang seperti itu dapat dimengerti. Tetapi ketika batasan itu menjadikan kita membatasi karya Tuhan dalam hidup orang lain, maka itu bukanlah sesuatu yang benar. Sebab, Tuhan sendiri akan melakukan banyak cara demi membuat semua orang mendengar dan merasakan karya-Nya. Mulai dari menerobos batasan batasan yang dibuat manusia; merendahkan diri demi ditemukan manusia; sampai dengan mengorbankan anak-Nya demi semua manusia diselamatkan dan dipulihkan. Karena itu, sebagai pribadi yang telah mendengar karya-Nya, telah dipulihkan relasinya dengan Tuhan, dan telah mendapatkan jaminan keselamatan, maka mestinya kita siap “membayar harga”, termasuk merobohkan batasan-batasan yang kita miliki demi dapat mewartakan karya Allah kepada sesama dan dunia. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelna.or.id/informasi/