Saudara, mari coba bayangkan dua kondisi ini: (1) Saudara sedang sedih dan merasa hidup Saudara berat sekali, karena persoalan datang bertubi-tubi dalam jangka waktu yang cukup lama. Saudara merasa bingung, bahkan mulai lelah untuk berjuang. Saudara telah berusaha untuk bangkit berkali-kali namun masih gagal juga. Dalam kondisi ini, salah seorang teman dekat Saudara melihat wajah Saudara yang tidak seceria biasanya. Ia bertanya apa yang terjadi. Saudara menceritakan masalah Saudara, dan teman ini mengatakan, “Kamu kurang beriman. Hidupmu harus selalu bahagia dan tidak lesu begini, karena kamu punya Tuhan”. (2) Dalam kondisi seperti tadi, seorang teman Saudara mendengar cerita Saudara dan berkata, “Aku tahu kondisi yang sedang kamu hadapi tidak mudah. Apa yang bisa kubantu?”.
Dari dua situasi di atas, mana yang terasa lebih melegakan Saudara? Situasi pertama atau kedua? (Tentu situasi kedua, di mana teman Saudara datang dengan ekspresi kasih yang nyata, yaitu empati dan dukungan. Ia mencoba mengerti, bukan menghakimi).
Saudara saudari, mungkin ada juga di antara kita yang beribadah saat ini dalam keadaan hati yang sedang tidak baik baik saja, dan pernah mengalami penghakiman dari sesama seperti cerita situasi pertama tadi. Tapi mungkin juga kita sendiri yang pernah hadir bagi teman atau saudara kita dengan sikap menyalahkan seperti itu.
Bacaan Mazmur 42 memaparkan dengan sangat jelas sebuah perjalanan hidup orang percaya dalam menghadapi beratnya beban hidup. Tidak dijelaskan secara eksplisit di sini persoalannya, tetapi peristiwa itu membuatnya merasa tertekan, gundah gulana, gelisah, merasa diolok/ dipojokkan.
Tuhan tidak menolak umat-Nya untuk datang dengan apa pun yang menjadi beban hatinya, Tuhan juga memanggil kita untuk tidak menolak atau memandang hina sesama kita yang sedang mengalami kegalauan, rasa tertekan dan gelisah oleh karena pergumulan berat yang dihadapinya. Orang dengan gangguan mental bukanlah orang yang lebih rendah imannya daripada mereka yang tidak mengalami gangguan mental. Seperti orang dengan gangguan kesehatan fisik, orang dengan gangguan kesehatan mental perlu dirangkul, didukung, ditemani dan ditolong – bukan dihakimi, disalahkan dan ditinggalkan. Bentuk rengkuhan kasih Allah yang menerima dirinya memang tidak dibahas secara khusus pada pasal ini, tetapi rasa itulah yang mendorong Pemazmur untuk berani datang kepada Tuhan, bergumul di dalam Tuhan dan tidak meninggalkan-Nya. Ia bahkan belajar meletakkan segala “sisa-sisa” pengharapannya kepada Allah.
Sebagai penutup, kita dapat belajar juga untuk menjadi seorang sahabat yang hadir dengan penerimaan bagi sesama yang sedang mengalami beban berat dalam pikirannya, atau yang sudah mengarah pada mengalami gangguan kesehatan mental. Dalam keluarga, kehadiran ini dapat dinyatakan lebih konkret antara anggotanya, karena ada kedekatan yang telah terjalin.
Beberapa nasihat yang baik yang dapat diberikan, antara lain: mengingatkan (jika memungkinkan: menemani) untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara seimbang dan teratur; berhenti sebelum merasa kelelahan, perhatikan kebutuhan tubuh untuk istirahat yang cukup, makan bergizi, berdiam (jeda, cooling down) di antara dua kegiatan, dan sebagainya. Kita dapat mengingatkan atau menemaninya berolahraga dengan rutin atau melakukan aktivitas di luar ruangan untuk bersantai/ refreshing. Kita dapat hadir untuk mendengarkan ungkapan hatinya dan berdiskusi tanpa menghakimi. Kita pun dapat mengajaknya berdoa dan merenungkan firman Tuhan bersama. Jika diperlukan, kita dapat memberikan dukungan atau menemaninya mencari pertolongan.
Setiap diri manusia itu utuh. Dan Tuhan menerima setiap orang dalam keutuhan semua aspek hidupnya itu. Tuhan tidak menganggap hina orang-orang yang sedang berjuang terseok-seok di tengah pergumulan hidupnya. Ia menemani, bagai Sahabat yang mau hadir, mendengarkan, mendukung, dan menyemangati. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita pun hadir sebagai sesama, sebagai sahabat yang tulus mengasihi anggota keluarga kita atau siapa pun yang sedang berjuang dengan beban-beban berat itu? Tuhan memberkati
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/