Artikel GKJ Kronelan

Yohanes 9 : 1-11; Setiap hari Minggu pertama bulan Oktober kita memperingati Hari Perjamuan Kudus Sedunia, dan untuk jemaat di lingkungan Sinode GKJ dan GKI, minggu ini sekaligus sebagai pembuka dari Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga, atau Bulan Keluarga yang diadakan pada bulan Oktober setiap tahun. Dalam pelayanan perjamuan kudus, Gereja menyadari bahwa ada sebagian warga yang membutuhkan pelayanan khusus ke rumah-rumah warga yang sakit, atau keadaannya terbatas. Pelayanan khusus ini dikerjakan dengan kesadaran, bahwa Gereja sebagai Keluarga Allah, dipanggil untuk mewujudkan persekutuan bersama yang saling mengasihi dan melayani.

Kenyataan dalam kehidupan bersama memperhadapkan kita dengan saudara-saudara yang berkebutuhan khusus karena keadaannya. Bacaan Injil Yohanes 9 mengajak kita mencermati bagaimana sikap menghakimi dan pemahaman yang diterima secara umum lewat pertanyaan para murid, ketika melihat seorang buta sejak lahir duduk mengemis, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (ayat 2) Para murid menghidupi paham bahwa keadaan buta adalah hukuman atas dosa.

Tetapi jawaban Tuhan Yesus mematahkan paham bahwa orang yang buta sejak lahir itu karena dosanya, atau dosa orangtuanya, Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Tuhan Yesus memilih menjawab pertanyaan itu dengan mendatangi secara pribadi, dan membuatnya bisa melihat. Pekerjaan Allah yang harus dinyatakan dalam diri orang yang buta sejak lahir, yaitu kasih-karunia yang menyembuhkan, memulihkan, dan menyelamatkan.

Pemahaman bahwa penyakit, kecacatan, atau kelemahan adalah hukuman atas dosa berakibat pembiaran terhadap sesama yang menjadi penyandang disabilitas. Tuhan Yesus melawan paham teologis yang menganggap penyakit dan kelemahan sesama kita penyandang disabilitas itu adalah akibat dosa. Gereja dipanggil untuk ikut serta mengerjakan pekerjaan pekerjaan Allah dalam diri orang buta, tuli, bisu, lumpuh, juga kepada sesama yang secara intelektual dan mental berkebutuhan khusus, sebagaimana pelayanan kepada para orangtua yang karena usia lanjut menurun kemampuan fisik, intelektual, mental maupun sensoriknya.

Jemaat yang terkasih, terkadang orang yang buta sejak lahir dihakimi dengan anggapan bahwa itu akibat dosa. Padahal orang buta pasti punya kelebihan di indra lain dalam mendengar, mengecap, meraba, atau mencium bau. Dengan pendidikan yang baik mereka tetap bisa mandiri dan tidak perlu dihina karena menjadi peminta minta. Dosa yang ada terhadap orang buta itu adalah dosa pembiaran, bahkan menghakimi bahwa kebutaan itu adalah hukuman. Nasib orang yang buta sejak lahir tentu akan berbeda, bila orangtua dan keluarganya berkecukupan dan mampu mendidiknya bisa bekerja dan hidup mandiri, bukan malah menjadikan kebutaannya jadi dasar untuk mengemis dan minta-minta.

Dalam Bulan Keluarga 2024 ini, Gereja diajak untuk lebih memperhatikan pelayanan kepada para penyandangdisabilitas. Melawan pembiaran karena pemahaman yang keliru tentang mereka. Bukan hanya menjadikan wacana, apalagi perdebatan saja, tetapi kita diajak untuk bersama :

  1. Membuang pemahaman yang menghakimi, bahwa keadaan disabilitas adalah karena hukuman dosa, yang diperbuat baik oleh penyandang tersebut maupun orangtuanya.
  2. Mengupayakan bagaimana pekerjaan-pekerjaan Allah bisa dinyatakan dalam setiap keadaan, terlebih berhadapan dengan penyakit dan kelemahan.
  3. Menjadikan aksi kasih dan pelayanan yang nyata melawan pembiaran maupun wacana yang berkembang akan tetapi tanpa empati dan keberpihakan kepada penyandang disabilitas.

Selamat memasuki Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga bulan Oktober 2024 ini, bersama-sama seluruh jemaat di Sinode GKJ dan GKI secara khusus kita diajak mencermati pelayanan untuk saudara-saudara penyandang disabilitas. Mereka ada di tengah-tengah kita, dan bersama mereka kita dipanggil untuk ikut serta mengerjakan pekerjaan pekerjaan Allah, mengasihi, dan melayani, mulai dari keluarga kita. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025