Artikel GKJ Kronelan

Saudara mungkin pernah mendengar atau tahu lagu persekutuan berjudul “Mengikut Yesus Keputusanku”. Lirik lagu ini diambil dari kata-kata terakhir yang diucapkan seorang lelaki berasal dari Assam (sebuah desa di Timur Laut India) bernama Nokseng. Dia bersama keluarganya memutuskan menerima Tuhan Yesus pada pertengahan abad ke 19. Kepala suku Assam memaksanya untuk meninggalkan imannya. Pertama, ia mengancam akan membunuh kedua anaknya, namun lelaki itu berkata “I have decided to follow Jesus”.

Kedua anaknya lalu dibunuh oleh kepala suku. Kedua, kepala suku mengancam akan membunuh isterinya, Nokseng tetap mengatakan “I have decided to follow Jesus”. Betul, isterinya kemudian dibunuh oleh kepala suku. Lalu, kepala suku mengancamnya untuk meninggalkan Yesus, jika tidak Nokseng akan kehilangan nyawanya. Namun, Nokseng tetap pada keputusannya, ia tetap mengikut Yesus, meskipun sendirian. Kepala Suku akhirnya membunuh Nokseng. Pada akhirnya, demonstrasi iman Nokseng telah membawa kepala suku dan semua penduduk desa bertobat dan mengikut Yesus.

Apa yang dilakukan oleh Nokseng adalah sebuah kesaksian iman, betapa kesetiaan untuk berpegang pada iman kepada Yesus membawa konsekuensi yang tidak ringan. Diperlukan keteguhan hati dan keberanian untuk dapat menjaga konsistensi dan mempertahankan apa yang diyakini sebagai sebuah kebenaran. Kadang, kita harus berjumpa dengan berbagai tantangan dan kesulitan akibat keyakinan kita tersebut.

Yohanes Pembaptis adalah salah satu contoh tokoh yang kehilangan nyawanya akibat keteguhannya dalam menyatakan kebenaran. Pemahaman akan identitas dirinya sebagai bentara Kristus yang mewartakan pertobatan, mendorong Yohanes Pembaptis berani menegur Raja Herodes ketika ia mengambil Herodias sebagai isterinya. Padahal, Herodias adalah isteri saudaranya sendiri. Oleh karena teguran itu, Herodias memusuhinya dan mendendam kepadanya, hingga berujung pada dipenggalnya kepala Yohanes Pembaptis sebagai hadiah ulang tahun bagi putri tirinya. Untuk memiliki keberanian semacam itu diperlukan setidaknya dua hal :

  1. Memahami identitasnya sebagai umat yang dipilih oleh Allah, agar memiliki gaya hidup yang dikhususkan, yaitu gaya hidup yang kudus dan tak bercacat sebagaimana disampaikan dalam Efesus 1 : 3-14.
  2. Memiliki pengetahuan tentang apa yang diimani dan bagaimana menghidupkan iman itu. Peristiwa Uza memberikan pelajaran bagi kita bahwa semangat untuk Allah perlu diimbangi dengan pengetahuan tentang firman dan cara-cara Allah. Apabila kedua hal ini tidak berjalan beriringan maka semangat untuk Allah, justru menghasilkan sikap yang mengabaikan standar Allah dan tidak berkenan kepada-Nya.

Saudara yang terkasih, kita telah memutuskan untuk mengikut Yesus. Keputusan itu mengandung konsekwensi yang harus kita terima dengan kerendahan hati dan keberanian. Oleh karena itu, mari kita meneguhkan hati dan memperlengkapi diri agar memiliki konsistensi dalam beriman kepada Tuhan. Perteguh keyakinan kita akan identitas sebagai umat Allah yang dipilih untuk hidup kudus. Mari kita memperdalam pengetahuan kita tentang apa yang kita imani, sehingga kita tidak mudah digoyahkan oleh rupa-rupa pengajaran. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin