Bacaan kita hari ini menunjukkan bagaimana Esau yang terkenal dengan kegagahan tubuh dan kemampuan berburunya ternyata lemah ketika berhadapan dengan “makanan merah-merah” yang dimasak oleh adiknya. Demi semangkuk makanan sederhana yang mungkin hanya bisa mengenyangkan perut untuk sementara, ia rela menukar dengan hak kesulungan. Padahal hak kesulungan mengandung banyak makna, berkait dengan berkat, materi, kuasa, dsb.
Esau kalah oleh keinginannya sendiri. Ia gagal merawat apa yang seharusnya menjadi miliknya yang utama. Pemazmur menyadari bahwa kehidupan adalah sebuah perjuangan, apalagi kehidupan beriman juga menjadi salah satu medan laga perjuangan untuk mempertahankan iman kepada Tuhan. Maka pemazmur membangun pemahaman dalam dirinya bahwa cara untuk bisa bertahan dalam perjuangan ini adalah dengan mendekat kepada Tuhan.
Manusia yang penuh dengan kelemahan akan beroleh kekuatan jika bersedia untuk berolah iman dan berolah firman bersama dengan Tuhan. Hasil dari olah diri itulah yang kemudian digambarkan oleh perumpamaan Yesus sebagai tanah yang subur, yakni tanah yang bersedia untuk ditempa dan diolah sehingga memiliki kualitas yang baik. Tanah yang baik tidak mau kalah terhadap serangan hal-hal di luar dirinya yang memberikan dampak buruk, seperti burung, bebatuan dan semak berduri. Tanah yang baik ini, yang didapat dari olah diri bersama Tuhan, yang akan mengeluarkan hasil yang baik pula.
Maka perlulah orang beriman memiliki kesadaran yang benar, yakni bahwa kehidupan sebagai anak-anak Tuhan merupakan kehidupan yang sudah dimerdekakan oleh Kristus. Paulus dalam suratnya kepada orang beriman di Roma mengajarkan bahwa kehidupan orang beriman bukan lagi kehidupan yang tunduk pada keinginan dan godaan dunia, namun dalam ketundukan kepada Tuhan yang membawa kepada kebaikan. Memang godaan dan tawaran hal-hal duniawi masih akan selalu mewarnai kehidupan kita selama kita hidup. Pun berbagai cara untuk mendapatkan hal-hal tersebut juga dirasakan mudah, bahkan kadang tersamarkan sehingga seolah tidak berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Namun jika kesadaran tentang kehidupan anak-anak Tuhan sudah terbangun dalam pikiran kita, maka kita tidak lagi mencoba untuk mencuri-curi kesempatan apalagi sampai mengelabui Tuhan. Sebaliknya kita akan mengusahakan diri untuk senantiasa mendekat kepada-Nya dan membangun kehidupan yang sesuai dengan dengan panggilan-Nya.
Mari menjadi pribadi-pribadi yang sadar tentang adeg sebagai orang-orang yang sudah dimerdekakan Tuhan, maka kita akan siap untuk berjuang mempertahankan anugerah yang sudah kita terima. Jangan mudah kalah oleh tawaran dan godaan dunia, tetapi jadilah pribadi yang tangguh dalam memperjuangkan hidup yang beriman kepada Kristus. Salam rahayu. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/