Pada Minggu Paska ke-7 ini kita diajak untuk menggumuli apa arti dari kesatuan sebagaimana doa Yesus agar para murid hidup dalam kesatuan cinta satu sama lain. Dalam teks bacaan Injil kita, Tuhan Yesus berdoa bagi para murid-Nya bahkan bagi semua orang percaya agar mereka menjadi satu.
Pertanyaannya lalu kesatuan seperti apa yang dikehendaki oleh Yesus dan yang didoakan-Nya kepada Bapa-Nya yang di surga? Pertama, kesatuan yang dikehendaki Yesus Kristus bukan hanya sekadar kesatuan pikiran, pendapat, dan pendirian teologis semata. Artinya, kesatuan di sini tidak harus selalu bersifat uniformitas, seragam, sama. Melainkan lebih dari itu, kesatuan haruslah tetap dapat tercipta sekalipun terdapat perbedaan pikiran, pendapat maupun prinsip teologis.
Kedua, kesatuan yang dikehendaki Yesus Kristus bukan hanya sekadar kesatuan emosional (perasaan). Memang terlihat indah jika setiap orang berkumpul bersama dalam suasana yang guyub, tenteram, hangat, sukacita. Semua perbedaan, konflik atau masalah yang sedang terjadi seolah lenyap begitu saja. Gereja yang seharusnya memperjuangkan kesatuan, dalam praktiknya masih diwarnai dengan konflik kepentingan.
Ketiga, kesatuan yang dikehendaki Yesus Kristus bukan hanya sekadar kesatuan untuk melakukan sesuatu dan mengabaikan perbedaan yang ada. Tidak jarang kesatuan jemaat dipahami sebagai kesatuan demi melaksanakan misi tertentu sehingga berbagai perbedaan sering diabaikan bahkan direlatifkan. Yang diutamakan adalah melakukan kehendak Tuhan yang sama, bukan mengedepankan perbedaan-perbedaan. Namun, kesatuan semacam ini biasanya juga dapat menimbulkan permasalahan. Mengapa? Sebab belum tentu semua orang setuju dengan misi yang harus dilakukan dan diklaim sebagai kehendak Tuhan.
Saudara yang terkasih, bacaan Injil kita hari ini merupakan bagian dari kata perpisahan Yesus sebelum diri-Nya berpisah dengan para murid. Berbeda dengan ketiga Injil lainnya, kalimat perpisahan Yesus disampaikan dalam bentuk doa, dimana Ia berdoa bagi para murid yang dikasihi-Nya
Dalam doa-Nya tersebut, di ayat 11, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar para murid dapat bersatu sama seperti kesatuan diri-Nya dengan Bapa-Nya. Dalam doa Yesus tersebut, kita dapat melihat bahwa kesatuan bukanlah prakarsa kita sendiri, melainkan kesatuan merupakan anugerah Bapa bagi anak-anak-Nya. Kesatuan yang hanya bisa terjadi karena Sang Kristus menyatu dengan Bapa-Nya. Kesatuan yang bukan hanya dikehendaki Yesus sendiri, melainkan juga kesatuan yang dijaga dan dipelihara dengan penuh cinta oleh Sang Bapa sendiri.
Oleh karena itulah, kesatuan ini hanya dapat dinikmati dan disyukuri dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal. Kesatuan demikian jugalah yang nampak dalam kehidupan para murid pasca kenaikan Yesus ke surga. Sekalipun mereka masih diliputi perasaan sedih bercampur bingung ketika melihat Guru mereka naik ke surga, janji akan hadirnya Roh Kudus memberikan kekuatan dalam diri mereka untuk kembali melanjutkan karya Yesus di dunia.
Surat 1 Petrus 4 merupakan surat yang ditulis oleh Rasul Petrus ketika orang-orang yang percaya kepada Kristus mengalami penindasan. Surat ini ditulis dengan tujuan untuk menguatkan dan mengingatkan jemaat bahwa Roh Allah ada pada mereka. Roh Cinta itulah yang mempersatukan mereka sebagai sesama saudara senasib sepenanggungan. Roh Cinta itu jugalah yang menjadi manifestasi kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya.
Pada Minggu Paska ke-7 ini, sebagai orang percaya yang telah dipersatukan dalam persekutuan cinta Allah Tritunggal, kita dipanggil untuk mampu mewujudnyatakan kesatuan itu dalam tindakan nyata sehari-hari. Melalui tutur kata kita, mari hibur mereka yang sedang berduka. Melalui perbuatan kita, teruslah berupaya untuk menghadirkan cinta bagi sesama dan alam semesta. Melalui seluruh kehidupan kita yang senantiasa memuliakan-Nya. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi