Salah satu kebutuhan manusia adalah hadirnya teman atau sahabat dalam hidupnya. Menurut Rebbeca Chopp, teman atau sahabat adalah orang yang dengannya kita berbicara tentang kebenaran dan bersamanya kita bisa mewujudkan mimpi bersama. Persahabatan yang indah mewujud dalam kasih yang saling memberi dan menerima. Persahabatan sejati tidak menolak keunikan, bukan memaksakan semua jadi homogen, ataupun menghendaki hirarki dan kedudukan tertentu. Persahabatan menghantar kita menuju peradaban kehidupan yang lebih bermartabat dengan memanusiakan manusia.
Saudara yang dikasihi Tuhan, di Minggu pra paska ketiga ini, pesan untuk membangun kehidupan dalam persahabatan digemakan. Mari membangun kehidupan yang guyub rukun. Bacaan kita hari ini menyampaikan kabar gembira bahwa manusia harus bersolidaritas dan bersahabat. Kisah percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria menjadi babak baru bagaimana Tuhan hadir untuk memulihkan relasi persahabatan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Di antara dua suku itu permusuhan terjadi dan berlangsung ratusan tahun, turun-temurun.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, percakapan antara Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria merupakan perjumpaan yang mengubahkan relasi persahabatan ke arah yang lebih baik. Bagaimana dengan relita keseharian kita? Tak jarang untuk menjaga persahabatan dalam relasi kasih tidak mudah. Ada banyak tantangan. Hal itu seperti yang dijumpai dalam bacaan Kejadian dan Mazmur hari ini. Manusia perlu mendapat peringatan tentang bagaimana hidup berelasi dalam kasih persahabatan. Sering kali katidakmampuan mengelola emosi diri menjadi pemicu lahirnya konflik. Ini bisa kita lihat dari pertengkaran antara Musa dan umat Israel dalam perjalanan di padang gurun. Kisah ini mengingatkan kita agar mewasapadai emosi-emosi perusak persahabatan. Mengedepankan sikap emosional akan membajak rasionalitas manusia. Hal itu menimbulkan konflik, dan merusak persahabatan
Melalui surat dari Rasul Paulus kepada jemaat Roma umat, kita diingatkan untuk mengedepankan sikap kerendahan hati dalam relasi bersama. Dengan demikian, umat dimampukan untuk terus mengupayakan hidup dalam damai, membangun persahabatan yang mesra layaknya Tuhan yang juga begitu menerima dan mengampuni manusia. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, apa yang bisa kita lakukan agar hidup bersama dijalani dengan semangat persahabatan, bukan permusuhan? Berikut ini langkah-langkah kita:
- Berhenti bersikap eksklusif. Sikap eksklusif sebagai perasaan diri yang paling suci, paling benar, paling hebat, dan menganggap yang lain rendah, sesat, tidak tepat.
- Tebarlah benih-benih kebajikan melalui keramahtamahan di semua bidang kehidupan. Jadilah pelopor untuk memulihkan relasi-relasi persahabatan-kehidupan yang telah rusak akibat dosa. Jadilah berkat bagi semua.
- Hormati dan perjuangkan penerimaan terhadap keberagaman yang ada di sekitar baik perbedaan agama, ras, golongan, status sosial. Kebinekaan yang ada adalah kekayaan. Keberagaman adalah pesona yang menakjubkan
- Konsep tentang “yang berbeda atau yang berlainan” dengan kita adalah lawan atau musuh harus dihapus dari cara pandang kita. Kehidupan di luar komunitas kita bukanlah musuh. Kita tidak punya musuh. Semua adalah sahabat. Dalam hidup, ada tantangan dan persoalan yang perlu ditanggulangi dan dipecahkan bersama.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Pada Minggu pra-paska ke tiga ini, firman Tuhan mengajak kita untuk mengikut teladan Tuhan Yesus. Mari membangun komunitas persahabatan layaknya Tuhan Yesus. Lakukan dari lingkup terdekat kita. Dengan bergandengan tangan saling bersolidaritas kita yakin akan meraih kehidupan bersama yang lebih baik. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://linktr.ee/gkjkronelan