Artikel GKJ Kronelan

Di dalam kehidupan (kerajaan) Allah, “kebahagiaan” tidak bergantung pada kekayaan atau kesehatan atau status. Itu bukan juga tergantung pada prestasi kita. Sebaliknya, kebahagiaan adalah pemberian Tuhan semata. Di alam Tuhan, hidup tidak diatur oleh kehormatan dunia dan rasa senang atau malu, tetapi oleh janji kehidupan yang “berkelimpahan.” Dukacita, kemiskinan, dan kelemahlembutan mengungkapkan terobosan kehidupan Tuhan yang berkelimpahan ini. Sabda Bahagia menyebutkan berkat-berkat kita tetapi juga apa yang dipertaruhkan dalam berkat-berkat ini. (ay. 3-10): “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah…”

Orang miskin memang tak berdaya, kekayaan dianggap tanda berkat. Bila orang miskin melihat diri di hadapan Allah, ia punya”nasib” lain. Allah memperhatikan juga. Orang ini membangun hidup rohani: kenyataannya mengantar ke hubungan dengan Allah. Ia bahagia. “Berbahagialah orang yang berdukacita…”. Orang yang berdukacita adalah orang yang berani meletakkan segala kegelisahan hatinya di hadirat Allah. Allah adalah harapannya. Ia bahagia. “Berbahagialah orang yang lemah lembut…”

Orang ini yang berani meletakkan hidupnya kepada Allah. Mereka tahu bahwa Allah tidak menghendaki ketidakadilan, namun berani memanggulnya dengan kasih- setia. “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran…”. Kelaparan badani adalah salah satu akibat kedegilan hati manusia terhadap sesama. Namun, kalau orang berani berbagi “santapan” bagi sesama, maka haus dan lapar ini bisa diperingan. Manusia memang hidup tidak hanya dari roti saja. “Berbahagialah orang yang murah hatinya…”. Orang diminta untuk hidup bukan bagi diri sendiri, melainkan berbagi rasa dengan orang lain, memberi dengan tulus. “Berbahagialah orang yang suci hatinya…”. Hati yang suci peka akan Allah, ia merasakan dan mengalami kehadiran-Nya, yang memang tak tergapai di dunia ini. Ia bahagia. “Berbahagialah orang yang membawa damai…”

Allah adalah sumber damai sejahtera. Ia menginginkan damai. Murid Yesus diharapkan menjadi pembawa damai, pengampunan, dan inilah pokok tugas mereka. “Berbahagialah yang dianiaya…”. Penganiayaan ada di dunia ini Yesus sendiri mengalami penganiayaan itu. Yang menjadi penting adalah ini: menjaga agar tidak menjadi sumber aniaya bagi sesama, memberi makna bagi penganiayaan yang harus diderita, yakni untuk sesama. Penganiayaan bisa lebih bernilai bila bukan karena kesalahan sendiri, melainkan bagi kepentingan sesama.

Saudara, hidup menurut kehendak Allah, berarti hidup di dalam kerajaan Allah, hidup di dalam nilai-nilai tertentu. Hidup di dalam keadilan, perdamaian, kebenaran, kejujuran, dan sebagainya. Jadi, bila kita masih hidup dengan nilai-nilai yang lain, maka kita harus berhati-hati! Itu berarti kita masih hidup di luar kerajaan Allah. Bertanyalah, “Nilai-nilai apa yang selama ini mendominasi hidup kita?” Kesenangan dan kenikmatankah, supaya kelihatan baik, sukses dan disenangi orang? Oleh karenanya kita harus menghalalkan segala cara, ataukah ketulusan, kesucian, keberanian dan kejujuran? Walaupun kita harus berhadapan dengan resiko, dicela bahkan dicelakakan orang (ay. 11-12).

Saudara, kiranya Firman Tuhan hari ini membawa kita kepada inti kerohanian dan kepada pentingnya relasi yang intim dengan Tuhan melalui perenungan Sabda. Kita tidak akan tumbuh seperti sekarang ini jika kita tidak mengikuti suara yang menghendaki kita berjalan di sana. Bagaimanapun, Sabda Bahagia adalah pengantar Khotbah di Bukit. Yesus akan melanjutkan sabdanya tentang kehidupan di dunia ini yang lebih menantang dan membutuhkan pergumulan. Ini adalah inti dari Minggu setelah Epiphani. Apa yang terungkap, harus diungkapkan pada waktunya.

Apakah Saudara bahagia hari ini? Apakah Saudara sudah hidup menurut kehendakNya, hidup dalam kerajaan Allah? Jangan Saudara cari Kerajaan Allah itu kema-mana! Kerajaan itu ada di dalam kita. Periksalah, apakah ia di situ? Kebahagian itu ada ketika kita memberlakukan kehendak Allah dan bagaimana kita memperlakukan sesama kita! Di dalam hidup kita sehari-hari! Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://linktr.ee/gkjkronelan

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025