Artikel GKJ Kronelan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, Sebagai orang tua, kita senang anak-anak kita pada masa kecilnya karena mereka banyak bertanya bukan? Bertanya adalah sebuah proses hidup yang penting yang mesti dialami oleh seorang anak dalam masa tumbuhnya. Jangan larang anak-anak untuk bertanya apa pun, karena itu akan menjadi bekal setiap anak untuk memiliki kemampuan untuk pencarian yang mendalam terkait seluruh aspek hidupnya, termasuk beriman.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, Pdt. Eka Darmaputera pernah mengatakan bahwa “Iman itu selalu punya pertanyaan, tanpa pertanyaan justru bukan iman.” Pertanyaan akan Allah justru muncul oleh karena iman yang akan selalu punya ruang misteri. Sesederhana apa pun pertanyaan iman itu, dalam pertanyaan tersebut seseorang berada dalam pencarian dan akan menemukan perjumpaan dengan Allah yang berkarya dan berkasih karunia dalam hidup umat-Nya.

Banyak orang percaya senang membuat klaim bahwa Yesus adalah jawaban. Mungkin nampaknya klaim semacam ini lebih rohani. Tetapi sesungguhnya tidaklah demikian seharusnya cara kita menjalani hidup beriman kita. Persoalan dalam hidup ini kadang tidak segera membawa kita pada jalan keluar atau jawaban yang Allah sediakan. Dengan bertanya pada Allah, umat menjadi seperti seorang anak yang memiliki kedekatan dengan orang tuanya.

Perhatikan umat Allah-Yehuda dalam Kitab Yesaya dalam hidup mereka di padang gurun dan padang belantara yang seperti menunjukkan adanya harapan bagi hidup mereka. Sering kali dalam hidup beriman kita Tuhan lebih dulu membawa kita seolah berjalan dalam ketidakpastian seperti saat umat berada di padang gurun. Apakah tujuannya? Supaya kita turut dalam pencarian makna hidup dan semakin mengenal Allah. Kita terus belajar menemukan kehendak Allah dan menghidupinya, sebab bukan kemauan kita yang penting dalam hidup ini, tetapi kehendak Tuhan.

Pertanyaan iman merupakan jalan masuk kepada kehendak Allah. Itu menjadi hal yang penting dalam penantian kita akan kedatangan Yesus Kristus. Hal tersebut seperti yang terjadi pada Yohanes Pembaptis saat mempertanyakan tentang kemesiasan Yesus. Yohanes Pembaptis sadar bahwa waktu hidupnya tidak lama lagi, maka pertanyaan akan kemesiasan Yesus bukanlah sebuah hal yang harus diterka sendiri dalam ragu. Pertanyaan tersebut menjadi tanda bahwa ia hidup dalam relasi yang sungguh dengan Tuhan Yesus.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, Di masa Adven ini, penantian kita akan Sang Kristus mesti kita jalani dalam kesabaran. Kitab Yakobus mengibaratkannya seperti petani yang menanam dan yakin akan pekerjaan Allah yang akan dinyatakan-Nya. Semua yang ditabur dalam kesabaran akan tumbuh dan berbuah dalam kehidupan ini.

Saudara yang terkasih. Penantian bukanlah perjalanan dengan kepastian-kepastian yang kita buat dengan kesimpulan dari diri sendiri. Penantian akan Allah memunculkan aneka pertanyaan iman sebagai jalan masuk untuk terus mengalami pengenalan yang mendalam akan Allah, sesama, dan seluruh ciptaan. Dengan demikian laku hidup beriman kita bisa terus menjadi ‘syalom’ bagi seluruh ciptaan seperti damai sejahtera Allah dalam Yesus Kristus yang diberikan bagi dunia ini.

Pada akhirnya saudara-saudari, nantikanlah Tuhan dalam sukacita seperti minggu Adven III. Percayakah bahwa penantian kita berakhir dengan kepastian dan damai sejahtera atas seluruh ciptaan. Jika saat ini ada begitu banyak pertanyaan pada Tuhan, bertanyalah dalam imanmu! Pertanyaan iman bukanlah untuk meragukan Tuhan, namun untuk terus memiliki pengenalan yang sungguh akan Allah. Dengan bertanya, kita berelasi dengan Dia secara akrab. Keakraban relasi tersebut membuat kita menghidupi kasih Allah dan tetap berpengharapan di tengah dunia yang penuh tebaran ketakutan dan keputusasaan ini. Bersukacitalah dan tetaplah bertanya dalam imanmu pada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × four =