Artikel GKJ Kronelan

Saudara-saudari, Tahukah saudara bahwa perkembangan iman manusia tidak selalu berjalan berdampingan dengan pertumbuhan fisik kita? Saat seorang anak bertumbuh menjadi remaja atau bahkan pemuda dewasa, ia terlihat bertumbuh lewat pertumbuhan fisiknya. Namun berbeda dengan perkembangan iman.

Kalau begitu bagaimana kita mengembangkan dan memelihara iman kita sehingga saat akhir hidup kita seperti Paulus kita bisa mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan ini dan memelihara imanku!” Melalui bacaan kita hari ini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari bersama.

Pertama, melalui Yeremia kita belajar bagaimana kita bisa memelihara percakapan yang intim dengan Tuhan. Sambil seperti Pemazmur mengingat pengalaman-pengalaman indah di masa lalu, di mana Tuhan ada dan bekerja di dalam hidup kita. Rasa sakit, kesulitan dan pengkhianatan yang kita alami bukanlah penghalang kita untuk mengembangkan iman kita dan keluarga. Justru melalui kesulitan dan konflik yang Yeremia serta Pemazmur bisa memelihara imannya. Karena dari pengalaman itulah mereka mengalami tangan Tuhan bekerja dalam hidup mereka.

Di dalam keluarga, berusaha menyediakan waktu khusus untuk melakukan percakapan yang rendah hati dalam keluarga itu dapat memelihara iman keluarga. Seorang anak bisa mengatakan siapa yang dia sukai dan tidak dia sukai. Seorang ibu bisa menceritakan masa lalunya yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan pada anaknya. Seorang ayah juga bisa menceritakan siapa yang mendukung karier dan imannya di masa lalu dan apa harapannya atas hidup dan keluarganya. Semua dapat bercerita secara terbuka, tanpa takut.

Kedua, pemeliharaan iman dilakukan melalui hidup giat dalam menjalankan pekerjaan Tuhan. Kita dapat belajar melalui Rasul Paulus. Ia melayani Tuhan dengan berbagai kesulitan dan penderitaan. Dari sana kita memahami bahwa iman terpelihara justru melalui kehidupan yang giat dalam pekerjaan Tuhan. Tuhan sudah menyediakan pekerjaan baik buat kita lakukan. Itulah panggilan Tuhan. Memelihara iman dapat dilakukan dengan ikut melayani-Nya. Di dalam pelayanan, bisa ada suka dan duka yang kita alami. Saat kita mengalami kesulitan, alamilah kekuatan dari Tuhan, alamilah hikmat Tuhan dan alamilah kemampuan untuk bertahan sampai akhir. Saat kita belajar setia dalam pelayanan Tuhan, itu adalah bagian dari upaya memelihara iman.

Ketiga, untuk hidup beriman dengan setia dan rendah hati, kita diajak untuk tidak meniru orang Farisi. Dalam kisah perumpamaan di kitab Lukas (Luk. 18:9-14), tampak orang Farisi terlihat begitu religius, namun nyatanya tidak memelihara imannya. Dari mana kita tahu bahwa dia tidak memelihara iman? Dari penilaian Yesus terhadap orang Farisi. Seorang pemungut cukai yang dicap sebagai orang berdosa, justru dengan rendah hati menyesali kesalahannya di hadapan Tuhan. Dari kedua contoh ini, kita belajar bahwa Tuhan melihat hati manusia, sebab dari dalam hati muncullah tindakan.

Saudara, mana yang perlu kita pelihara terlebih dahulu? Mendisiplin diri untuk rajin melayani dan menunjukkan tindakan-tindakan iman kita, atau memelihara hati? Dari pemungut cukai kita belajar membenahi hati. Pemazmur mengatakan, “Selidiki aku Tuhan, kenali hati dan batinku.” Tuhan ingin kita bersikap jujur, adakah yang perlu kita bereskan dan bersihkan?

Saudara, pelayanan sebanyak dan sebesar apa pun, perlu dimulai dari hati, agar menjadi berkat. Setiap kita ada kalanya mengalami kesulitan hidup. Pilihan kita adalah:

  1. Memelihara komunikasi dengan Tuhan dengan semakin terbuka dan intim
  2. Melakukan pekerjaan Tuhan dengan tetap setia apa pun yang kita hadapi
  3. Membersihkan hati dan merendahkan hati kita terus menerus sehingga kita bisa tetap menjadi berkat.

Maukah kita mengerjakannya? Di akhir bulan keluarga ini, hayatilah kehidupan iman kepada Allah bersama keluarga kita. Tuhan memberkati usaha kita.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eight + 1 =