Keluarga yang dikasihi Tuhan, pernahkah mendengar istilah generasi stroberi? Stroberi merupakan buah yang terlihat menarik, tetapi ternyata rapuh terhadap tekanan. Generasi stroberi menggambarkan generasi yang memiliki banyak ide dan kreativitas namun sering menyerah saat menghadapi tekanan sosial. Penyebab generasi stroberi adalah perubahan sosial dan lingkungan yang cepat dan kompleks. Di satu sisi mereka tumbuh dalam iklim yang memberikan kemudahan dan kecepatan. Teknologi tanpa disadari telah memanjakan diri sehingga justru menghambat potensi dan melemahkan daya tahan terhadap tekanan. Sedangkan di sisi lain kemudahan dan kecepatan juga membanjiri informasi yang menghanyutkan mereka kepada tuntutan dan tekanan yang tinggi dari lingkungan sekitar.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, Lalu bagaimana kita dapat bersikap bijak menghadapi generasi dan mentalitas stroberi? Firman Tuhan melalui bacaan leksionari hari ini mengajarkan kita. Pertama, tidak lagi mengandalkan diri sendiri. Bacaan pertama, dari Kejadian 32 : 22 – 31. Kita dapat belajar dari Yakub yang memiliki keteguhan hati untuk percaya dan berjuang mendapatkan berkat Allah. Demikian pula kita hendaknya tidak larut dengan segala ketidakberdayaan dan hanyut oleh keputusasaan oleh segala tekanan kehidupan, tetapi dengan rendah hati dan percaya akan kuasa Tuhan yang memulihkan dan berjuang keras untuk mendapat berkat dan perkenan- Nya.
Kedua, teguh berserah pada Allah Mazmur Tanggapan hari ini adalah nyanyian ziarah kepada Tuhan Penjaga Israel. Di hadapan gunung-gunung yang begitu besar, menjulang dan kokoh, pemazmur mengaku bahwa ‘pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi’. Tuhan lebih besar segala sesuatu, karena Dialah sendiri yang telah menciptakan dunia dengan segala isinya. Maka hanya Allah yang dapat memberi keamanan dan ketenangan sejati. Betapa pun teknologi memberi kita kecepatan dan kemudahan, tetapi tidak lebih dari sebuah alat dengan segala keterbatasannya. Hanya Tuhan yang dapat menjadi sumber jaminan dan pertolongan-Nya menjadi andalan utama dalam melewati pergumulan hidup.
Ketiga, pantang menyerah dalam pergumulan hidup. Bacaan Injil mengisahkan perumpamaan hakim yang tidak benar dan seorang janda miskin dan lemah. Dengan pengharapan dan pantang menyerah, seorang janda miskin mampu menaklukan hakim yang lalim. Kisah perumpamaan ini mengajarkan mentalitas pantang menyerah. Iman membangun mentalitas ulet dan tidak mudah berputus asa. Ketekunan di dalam Tuhan menjadikan setiap kegagalan adalah awal untuk mau memulai kembali. Tidak lagi menjadi generasi stroberi yang mudah menyerah pada tekanan.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, Demikianlah berdasarkan Firman Tuhan kita dapat belajar menghadapi fenomena generasi dan mentalitas stroberi. Kita tidak lagi memanjakan diri dalam kecepatan dan kemudahan teknologi, melainkan teguh berserah dan mengandalkan kuasa Allah. Bila Tuhan menjadi sumber jaminan dan pertolongan, kita akan memiliki keberanian dan ketahanan yang pantang menyerah menghadapi pergumulan hidup.
Kita tidak perlu menyalahkan teknologi, sebab bagaimanapun juga perubahan sosial dan dampak budaya digital tidak dapat dihindari. Namun yang lebih penting adalah kemampuan untuk menguasai diri. Menguasai diri dimulai dengan berani menolak dan menyangkali keinginan memanjakan diri dan mengutamakan kehendak Allah dengan bersedia dididik dalam tuntunan Kitab Suci, di mana kita diajarkan kebenaran, ditegur atas perbuatan yang keliru dan diperbaiki dari segala kesalahan hingga diperlengkapi untuk menjalankan segala kewajiban pelayanan sebagai anak-anak-Nya di tengah dunia.
Dengan demikian, di tengah perubahan dunia modern yang begitu cepat, justru menjadi tantangan yang membentuk ketahanan mental, kemampuan mengelola emosi dan bertanggung jawab secara mandiri sekaligus menjadi kesempatan menyatakan ketaatan dan kesetiaan pada Allah dan mempersaksikan iman yang pantang menyerah dan tahan uji yang menjadi berkat bagi banyak orang. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/