Artikel GKJ Kronelan

Bapak ibu yang terkasih, dalam keluarga sering dikatakan ada tiga kata penting yang harus dihidupi oleh setiap anggota. Ketiganya adalah: tolong, maaf dan terima kasih. Ketika minta bantuan kita katakan tolong. Jika sudah menerima bantuan, kita katakan terima kasih dan jika ada yang salah maka kita perlu minta maaf. Sering tindakan kita mengungkapkan tiga kata tersebut didasari oleh kesadaran karena orang yang kepadanya kita minta tolong, mohon maaf dan berterima kasih sudah melakukan hal yang baik.

Dalam teks hari ini kita diajak untuk melakukan lebih dari sekadar berharap terima kasih, atau minta maaf, atau minta tolong. Yesus mengajarkan tindakan iman yang tidak transaksional. Tanggung jawab orang beriman ketika ada orang yang berdosa kepadanya. Lalu datang dan mengakui kesalahannya, maka orang itu harus diampuni.

Saat para murid mendengar bahwa mereka harus tetap mengampuni, mereka meminta pada Tuhan: “tambahkanlah iman kami.” Bisa jadi ada perasaan tidak mampu yang tiba-tiba muncul di benak para murid. Perasaan yang sama bisa jadi muncul di hati dan pikiran kita saat ini saat mendengar pernyataan bahwa kita harus tetap mengampuni mereka yang bersalah.

Saudara-saudari, dan anak-anak yang dikasihi Tuhan. Iman akan meneguhkan hidup saat situasi dilanda aneka pergumulan. Daud mengisahkan dalam kitab Mazmur saat menghadapi situasi yang di luar kontrolnya. Ia memilih berdiam di dalam Tuhan. Ia adalah sumber kekuatan. Firman Tuhan lewat Habakuk dan Mazmur mengingatkan kita bahwa ada banyak hal yang bisa terjadi di luar kontrol kita. Bagaimana sikap orang, bagaimana situasi di sekitar kita, bagaimana respons orang terhadap teguran yang diberikan, atau menghadapi mereka yang seenaknya menilai diri kita, semua itu di luar kontrol. Tugas kita adalah melakukan sebaik-baiknya apa yang harus kita lakukan, yang bisa kita kontrol yaitu diri kita, hati dan pikiran kita.

Bapak ibu saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus, Melalui tema berani melangkah dalam iman dan kesetiaan, mari kita lihat lagi keluarga kita masing-masing. Persoalan apa yang saat ini kita hadapi? Adakah kita merasa terlalu berat jalani hidup rumah tangga? Relasi suami dan istri yang mungkin sedang tidak baik-baik saja? Ataukah relasi orang tua dan anak yang sudah lama tak lagi ada kehangatan di dalamnya? Di mana fokus kita selama ini? Kesalahan orang? Kesalahan anggota keluarga kita? Atau kehendak Tuhan dalam hidup kita?

Jika kita hanya berfokus pada kesalahan orang, kita akan sulit melihat pekerjaan Tuhan yang merancang hal baik untuk hidup kita dan keluarga kita. Namun jika kita mau berdiam diri dalam Tuhan, maka niscaya kepada kita akan dianugerahkan kerendahan hati yang sadar bahwa sebenarnya kita ini hanya hamba. Sudah sepatutnya kita melakukan apa yang harus kita lakukan. Apakah sebagai orang tua, bapak ibu sudah hadir bagi anak-anak bapak ibu, memahami emosi mereka kala mereka berhadapan dengan situasi yang tidak baik-baik saja?

Berdiam diri di dalam Tuhan membuat kita belajar menahan ego. Selanjutnya kita mempersilakan Tuhan mengarahkan langkah kehidupan kita. Berdiam diri di dalam Tuhan akan mengubah hati kita dari sulit mengampuni pada hati yang mau mengampuni. Berdiam diri dalam Tuhan membuat kita punya keberanian untuk tetap melangkah meski situasi seolah tak pasti. Ketika kita berdiam diri dalam Tuhan, kita akan memilih untuk setia di tengah segala godaan untuk tidak setia.

Hanya keluarga yang belajar untuk berdiam diri di dalam Tuhanlah yang akan mempunyai keberanian untuk melangkah dalam iman dan kesetiaan karena ia yakin sepenuhnya bahwa Tuhan ada dan tidak akan terlambat menolong orang berharap kepada-Nya. Kiranya Tuhan memampukan keluarga kita. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin