Saudara yang dikasihi Tuhan, Jika kita memperhatikan isi pengajaran Yesus, terutama yang disampaikan-Nya di bukit (atau di tanah datar versi Injil Lukas), rasanya kita mendapati bahwa bagi Yesus, ukuran yang dapat digunakan untuk menyebut tentang siapa yang berbahagia berbeda dengan ukuran yang biasanya dipahami oleh manusia pada umumnya. Bahkan boleh dikatakan bahwa ukuran tersebut bertolak belakang, sebab, jika bagi manusia ukuran atau standar kebahagiaan itu biasanya terlihat dari tercukupinya kebutuhan dasar, ketenangan secara emosional, kondisi fisik yang sehat, terhindar dari sakit penyakit dan pergumulan yang berat; tetapi tidak demikian bagi Yesus. Menurut Yesus kebahagiaan itu justru akan dirasakan oleh mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Hal yang demikian salah satunya dapat kita baca di Lukas 6 : 20-26, disana tertulis : berbahagialah kamu yang miskin, berbahagialah kamu yang sekarang ini lapar, berbahagialah kamu yang sekarang ini menangis, berbahagialah kamu yang dibenci dan dikucilkan. Dan nuansa pengajaran yang seperti itu juga yang kita dapatkan dalam bacaan Injil hari ini. Sebab, dalam perumpamaan tentang “Orang kaya dan Lazarus yang miskin” terlihat bahwa yang akhirnya merasakan kebahagiaan justru mereka yang miskin dan menderita, sedangkan yang kaya dan berkelimpahan akhirnya merasakan kesusahan besar.
Pertanyaannya sekarang Adalah : Hal apa yang sebenarnya dikehendaki Yesus melalui pengajaran- pengajaran tersebut? apakah itu artinya orang percaya tidak boleh hidup dalam kelimpahan? Dan apakah itu juga artinya orang yang sengsara, miskin dan menderita pasti otomatis akan merasakan kebahagiaan?
Jika kita memperhatikan bacaan Injil saat ini, keterangan tentang hal yang menyebabkan orang kaya tadi tidak peduli, suka pamer, mengabaikan Firman Tuhan, tidaklah dijelaskan dengan detail. Tetapi jika kita memperhatikan surat Paulus kepada Timotius di 1 Tim 6 : 6-19, kita mendapatkan gambaran bahwa hal yang menjadikan orang kaya tadi bersikap seperti itu adalah karena dia tergolong orang yang cinta uang (karem bandha). Baginya, harta dan/atau uang bukan sebuah sarana, tetapi tujuan. Sehingga dengan demikian mata batinnya tertutup oleh kerakusan dan ketamakan. Sayangnya hal yang berhubungan dengan cinta uang itu banyak diperlihatkan oleh mereka-mereka yang kaya dan punya jabatan. Hal itu salah satunya dapat kita temukan di Kitab Nabi Amos.
Saudara yang dikasihi Tuhan, Dari keterangan tadi, kita mendapatkan pelajaran bahwa kekayaan bukanlah sesuatu yang tidak diperkenan oleh Tuhan, betapa pun Yesus dalam pelayanannya lebih menunjukkan kepedulian kepada orang yang miskin dan tertindas. Jika kekayaan itu dimengerti sebagai berkat Tuhan, dan sarana untuk menunjukkan kepedulian, maka itu justru memberkati. Sebaliknya, jika kekayaan itu merupakan tujuan yang hendak dicapai, bahkan dijadikan tolak ukur dari kebahagiaan, maka itu yang akan membawa seorang menghalakan cara untuk mendapatkannya, termasuk dengan melakukan kekerasan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, Kondisi kita saat ini tentunya berbeda dengan kondisi di jaman Nabi Amos, Yesus, Pemazmur, maupun Paulus. Sekalipun demikian jika mau jujur, hal yang berhubungan dengan pola hidup cinta uang sepertinya masih ada sampai sekarang. Bahkan terkesan semakin brutal. Oleh karena itu sebagai Pelajaran bagi kita :
- Kita harus berusaha menyadarkan diri kita sendiri dan orang-orang terdekat kita bahwa kekayaan yang kita miliki sebenarnya berasal dari Tuhan. Karenanya semestinya bukan kepada kekayaan itu kita menggantungkan hidup kita, tetapi kepada Pemilik Hidup kita.
- Kita dapat belajar untuk setia dalam perkara yang kecil, setia dalam pengelolaan hal-hal yang sifatnya keduniawian dengan bertanggung jawab terhadap peran yang Tuhan berikan kepada kita dalam mengelola berkat tersebut.
- Kita dapat belajar memahamkan kepada keluarga kita bahwa uang atau kekayaan itu bukan tujuan tetapi sarana. Termasuk sarana untuk peduli dan berbagi dengan yang lain demi dapat menghadirkan kerajaan Allah di tengah lingkungan kita.
Kiranya kita dimampukan untuk dapat melakukannya. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/