Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Syukur pada Allah, hari ini kita diizinkan Tuhan memasuki Masa Adven. Apa istimewanya masa ini bagi kehidupan kita? Masa Adven merupakan waktu untuk melakukan refleksi diri dan mengubah semua yang perlu diubah, mensyukuri hal yang harus disyukuri dan menerima hal-hal yang tidak dapat diubah dalam kehidupan kita.
Di masa Adven ini kita juga diberi kesempatan untuk menghayati kembali seperti apa relasi kita dengan Allah, bersama sesama dan dengan ciptaan Allah yang lain. Apakah relasi-relasi yang kita jalani menjadi berkat atau sebaliknya? Melalui Masa Adven, kita juga diingatkan tentang kedatangan Tuhan kembali. Ia akan datang kembali pada waktu yang tidak diketahui. Kedatangan Tuhan tidak diketahui oleh siapa pun. Yang terpenting di sini bukanlah mengetahui kapan dan bagaimana kedatangan-Nya, melainkan bagaimana menghayati hari-hari penantian dengan hati yang kuat menghadapi aneka godaan, tulus, murah hati, sukacita dan tetap dalam kekudusan.
Supaya pada masa penantian ini hati kita kuat, firman Tuhan menjadi sumber peneguhan. Warta Injil memberitakan pentingnya umat Allah hidup dalam kewaspadaan dalam menantikan kedatangan Tuhan kembali. Firman Tuhan yang kita baca pada hari ini mengungkapkan tanda-tanda alam yang dahsyat. bergeloranya laut dan terguncangnya langit. “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.” (ay.25) Suatu gambaran keadaan yang dapat membuat orang mengalami kecemasan dan mati ketakutan.
Namun itu bukan akhir dari segalanya. Apa yang terjadi itu justru menjadi penanda awal masa kedatangan Anak Manusia. Dalam hal ini Yesus berkata, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (ay.27-28). Kepada murid-murid-Nya, Tuhan Yesus menyampaikan arahan agar berjaga-jaga. “Bangkitlah”, “Angkatlah mukamu” menjadi seruan agar mereka tidak terlena dan hanyut dalam situasi yang menegangkan dan menakutkan.
Kewaspadaan akan ada bila manusia senantiasa mengingat (niteni). Di dunia pertanian, pergantian musim biasanya akan ditandai dengan tumbuhnya tunas-tunas baru pada pohon. Ketika tunas-tunas itu mulai muncul, maka musim dingin yang membuat tumbuh-tumbuhan tidak mampu bertahan hidup; akan berhenti dan berganti musim panas yang membawa harapan. Yesus memakai perumpamaan ini untuk menggambarkan keadaan yang akan terjadi sesudah tanda-tanda yang mengerikan itu. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin menegaskan bahwa setelah masa yang sukar itu, akan muncul masa yang penuh harapan. Masa di mana Kerajaan Allah dinyatakan. Kehadiran Anak Manusia mengubah keadaan yang sukar, berat, dan penuh kengerian, menjadi masa yang penuh harapan.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, agar bisa niteni, diperlukan kepekaan dalam membaca setiap tanda. Kepekaan membuat orang sadar dan siap dan orang yang siap adalah orang yang tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Maksud berdiri adalah kemampuan bertahan di dalam aneka pergumulan kehidupan. Berdiri juga dapat dimaknai sebagai keteguhan batin untuk tetap mengikut gerak Kristus di tengah berbagai perubahan zaman. Di sinilah kita bisa belajar dari Rasul Paulus. Sebagai rasul Tuhan, Ia meneladankan pentingnya hidup dalam iman yang teguh pada Allah dan pentingnya persekutuan yang saling meneguhkan.
“Jagalah hatimu supaya kuat” yang menjadi tema ibadah hari ini mengingatkan umat agar hidupnya dipenuhi kewaspadaan, tidak dalam kemabukan. Hati yang kuat membuat orang peka. Kepekaan mewujud pada kepedulian terhadap kehidupan. Untuk itu, umat diajak untuk berjuang bersama Tuhan sebab jika sendirian, umat tidak akan mampu. Sambil menyongsong kembali-Nya, jadilah kuat agar hatimu dipenuhi belas kasih, kemurahan hati dan pengharapan menyongsong Dia yang akan datang kembali. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/