Di antara sekian miliar manusia, banyak persona yang keberadaannya sering tidak diperhitungkan oleh sesamanya. Mereka adalah manusia yang keberadaannya sering kita anggap berada di bawah rata-rata ide normalitas; dan oleh karena itu memperoleh label abnormal, disfungsional atau sebutan lain yang sejenis. Renungan minggu ini mengajak kita untuk mempertanyakan ulang standar normalitas yang sering kita tetapkan untuk ras manusia. Kita untuk meneriakkan perlawanan atas kesewenang wenangan jamak yang sering ditodongkan kepada individu individu penyandang disabilitas.
Mereka adalah deretan orang-orang yang tak punya suara dalam komunitas atau keluarganya. Mereka adalah orang-orang yang terbiasa menjadi objek penderita. Mereka bukanlah seorang subyek yang mampu bersuara. Andai mereka menyatakan opini atau niat baiknya, suara mereka sering kali kita abaikan dan kita anggap sebagai pengganggu saja.
Kisah Bartimeus dalam Injil Markus mewakili kata-kata mereka yang tanpa suara. Bahkan lebih parah lagi, nama Bartimeus sebenarnya bukanlah sebuah nama; karena dalam bahasa Ibrani, kata “Bar” artinya adalah anak dari seseorang yang namanya ditulis sesudahnya. Injil Markus menambah kejelasan ini dengan menulis: “Bartimeus, anak Timeus”. Jadi, nama Bartimeus yang artinya adalah: anak dari Timeus bukanlah orang yang penting, sehingga untuknya si orang tua tak memberinya nama pribadi. Mengapa? Mungkin karena ia buta. Mungkin karena tidak ada harapan baginya untuk menjadi manusia seutuhnya, Hidupnya tanpa guna.
Namun Bartimeus mengadakan perlawanan. Ia tidak menganggap hidupnya sia-sia belaka. Ia berteriak berkali-kali dengan lantang tanpa kenal menyerah: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku! Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”. Suara Bartimeus bukanlah suara meminta pertolongan semata, namun sebuah jeritan perlawanan. Bartimeus tidak mau diam berpangku tangan – terpenjara oleh keterbatasan. Injil Markus kini menampilkan perwakilan dari orang-orang yang tak dianggap dengan membunyikan jeritan-jeritan perlawanan – sekalipun lingkungan sosial berusaha sekuat tenaga membungkamnya. Injil Markus sengaja menulis seruan Bartimeus untuk memanggil nama: “Yesus!”, yang artinya adalah: YHWH Sang Penyelamat.
Maka, Yesus berhenti. Yesus menghentikan langkah Nya di tengah derap kecepatan arus normal rombongan yang merangsek maju. Yesus yang menghentikan langkah-Nya menunjukkan pada orang banyak bahwa keberadaan Bartimeus adalah penting. Sedemikian penting Yesus menghentikan langkah-Nya untuk mendengar manusia yang jeritan hatinya tanpa suara. Tuhan Yesus berkata: “Panggillah dia!”. Tuhan Yesus menganggap Bartimeus ada karena Ia tidak asal menolong namun terlebih dahulu bertanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”. Kemauan si buta itu jelas; disambut dengan pernyataan Yesus yang penuh welas. Pemulihan dari Kerajaan Allah menjadi hadir dan nyata dalam sabda: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”. Di akhir dari berita perikop ini, Injil Markus memberitakan bahwa Bartimeus berkontribusi aktif terhadap misi Tuhan Yesus.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, keberadaan setiap manusia adalah berharga di mata Tuhan, sebab semua manusia yang diciptakan oleh Tuhan adalah milik Tuhan. Dosa telah mengkorupsi harga persona seorang manusia ketika manusia melecehkan sesamanya hanya karena alasan disabilitas yang disandangnya. Merosotnya harga seorang manusia terjadi pada korban yang dilecehkan, maupun pada si pelaku pelecehan itu sendiri karena ketidakmampuannya untuk menghargai Tuhan yang menciptakan si korban pelecehan.
Ketidakmampuan manusia “normal” untuk menghargai sesama ciptaan Tuhan juga telah membuat statusnya menjadi seorang yang “disable” untuk menjalin relasi dengan Tuhan. Jadi semua pihak pada hakikatnya adalah kaum disable di mata Tuhan. Untuk manusia semacam inilah Tuhan hadir di dunia untuk memberikan perhatian dan cinta-Nya. Firman Tuhan menjunjukkan bahwa Tuhan Yesus memberi kesempatan pada korban pelecehan (Bartimeus) untuk bersuara menyatakan opini dan hasrat terdalamnya akan perubahan. Hasil dari perubahan yang Tuhan ciptakan adalah kontribusi aktif Bartimeus pada komunitas (masyarakat) dan perjalanan misi Tuhan. Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/