Artikel GKJ Kronelan

Markus 9 : 30-37, Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ada seorang anak muda Indonesia bernama Indra Rudiansyah yang namanya banyak dikenal oleh publik karena diberitakan oleh berbagai media nasional di masa pandemi Covid-19. Tepatnya tahun 2021, Indra Rudiansyah diberitakan atas keterlibatannya dalam Tim Jenner Institute, Universitas Oxford, yang menemukan dan mengembangkan vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Dalam sebuah forum, Indra berkisah bahwa sesungguhnya ia merasa sebagai orang yang biasa-biasa saja. Sejak sekolah menengah, Indra tidak pernah bisa masuk ke sekolah favorit yang menjadi pilihannya. Namun, Indra tetap menekuni studi dengan penuh kesungguhan hingga ia bisa masuk ke sebuah universitas yang masuk jajaran terbaik dunia, yaitu Universitas Oxford di Inggris untuk studi S3. Indra yang menjadi narasumber dalam sebuah forum tersebut, nampak sebagai pribadi yang luwes, fleksibel, ramah, dan bahkan begitu rendah hati. Dengan berbagai prestasi dan pencapaian yang diakui dunia itu, Indra tidak menonjolkan prestasinya, melainkan ia menempatkan dirinya sejajar dengan orang-orang yang ditemuinya dan memberikan semangat agar anak-anak muda terus tekun dan berinisiatif untuk berkembang dalam bidang apapun yang digeluti.

Jemaat kekasih Tuhan, Bacaan utama dalam Injil Markus 9:30-37, memuat tentang pemberitaan kedua tentang penderitaan Tuhan Yesus Kristus. Ayat 31 menyebut perkataan Tuhan Yesus, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Meskipun para murid yang mendengar perkataan ini tidak memahami apa yang dimaksud Sang Guru, namun mereka segan untuk menanyakannya. Bagian ini dapat dilihat sebagai wujud kurangnya perhatian dan empati para murid terhadap sengsara dan kematian yang akan dihadapi oleh Tuhan Yesus. Apakah hal ini menunjukkan bahwa para murid hanya memikirkan dan mementingkan diri mereka sendiri?

Penggambaran yang nir-empati dari para murid ini tidak direspon Yesus dengan sikap negatif dan kemarahan, melainkan Ia memanggil kedua belas murid dan mengatakan “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (ay. 35). Bahkan Tuhan Yesus mengajarkan melalui sikapnya yang mengambil seorang anak kecil dan memeluknya, Ia berkata, “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (ay. 37). Di sini, Tuhan Yesus mengajarkan sebuah sikap hidup yang berdasarkan kemauan untuk melayani dan rendah hati layaknya anak kecil yang dengan ketulusan menyambutNya.

Bacaan Amsal 31:10-31 juga menggemakan sikap hidup yang melayani Allah, yang dilakukan melalui pelayanan bagi keluarga dan sesama. Demikian pula bacaan Yakobus 3:13-4:3, 7-8a menjelaskan tentang gambaran sikap hidup yang hanya mementingkan diri. Orang yang mementingkan diri sendiri merasa bahwa dirinya adalah pusat sari segalanya. Hal ini mewujud di antaranya pada keinginan untuk diakui, dihormati, menguasai, dan memiliki kesenangan-kesenangan duniawi. Sikap hidup demikian menjadi sumber pertikaian atau konflik dalam tubuh jemaat. Sikap ini mengindikasikan kehidupan yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus dan di luar Kerajaan Allah. Surat Yakobus menekankan bahwa Allah tidak berkenan dengan sikap pementingan diri sendiri dan menolak untuk menjawab doa mereka yang hanya mengejar kehormatan diri, kuasa dan kekayaan duniawi semata.

Jemaat kekasih Tuhan, Kerendahan hati seringkali menginspirasi orang banyak. Untuk menjadi pribadi yang rendah hati, diperlukan hikmat dan kematangan diri. Terlebih bagi kita orang percaya yang dipanggil untuk melayani di tengah dunia, kerendahan hati menjadi fondasi bagi pelayanan yang kita lakukan. Mari kita terus belajar menjadi pribadi yang rendah hati bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin