Artikel GKJ Kronelan

vSaudara Terkasih, di dalam Alkitab, kita banyak menemukan keteladanan Kristus. Contohnya: Keberanian-Nya dalam menyatakan kebenaran; Kejujuran-Nya dalam mengajar; Pengampunan yang diberikan-Nya bagi semua orang; dan, kerelaan-Nya untuk berkurban demi keselamatan dunia. Di dalam Injil Yohanes 12 : 20 – 33, kita menemukan satu karakter Kristus yang begitu kuat yaitu tentang kerelaan-Nya untuk berkurban. Pengorbanan yang Yesus lakukan bukanlah pengurbanan biasa. Pengurbanan-Nya itu bukan bertujuan untuk kepentingan diri-Nya sendiri. Atau, untuk meningkatkan reputasi-Nya. Pengurbanan-Nya itu dilakukan demi banyak orang. Ibarat sebuah biji gandum. Di dalam tanah, biji itu mati dan kemudian bertumbuh untuk menghasilkan banyak buah (Yoh.12:24).

Kematian Yesus, adalah kematian satu orang untuk menyelamatkan banyak orang. Kematian Yesus Kristus ini menjadi suatu penggenapan dari nubuat Yeremia dalam Yeremia 31:33. Tuhan berjanji kepada Yeremia, “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku”. Kristus yang telah mati mengorbankan nyawa-Nya itu, telah menjadi Taurat dalam batin orang percaya.

Saudara terkasih, sebagaimana Kristus rela mengurbankan nyawa-Nya sendiri demi keselamatan dunia, demikianlah kita orang-orang percaya, dipanggil untuk memiliki karakteristik itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika karakteristik seperti itu adalah karakteristik Imam Besar sejati, maka kita yang hidup dengan karakteristik itu, disebut sebagai imam-imam kecil. Artinya, di tengah kehidupan kita sehari-hari, kita hidup rela untuk berkurban. Sebagaimana Kristus berkata kepada murid-muridNya “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa” (Yoh.12:26).

Saudara terkasih, saat kita dipercayakan oleh Allah untuk berkarya di dunia melalui pekerjaan kita, di saat itulah kita akan berhadapan dengan situasi di mana kita mau berkurban untuk kebaikan bersama atau tidak di dalam pelayanan pun demikian. Kita akan berhadapan pada situasi apakah kita mau berkurban atau tidak.

Perlu diakui bahwa untuk dapat hidup rela berkurban, tidaklah mudah. Selama masih ada kecenderungan mementingkan diri sendiri, sukar bagi kita untuk dapat hidup rela berkorban. Inilah kunci dari kerelaan berkorban, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kita melihat diri kita seperti Daud memandang dirinya yaitu sebagai orang berdosa yang hanya dapat terus melanjutkan hidup karena belas kasihan dari Allah. Tanpa kesadaran bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa di hadapan Allah, akan sulit bagi kita mempraktikan pengurbanan dalam keseharian kita.

Saudara terkasih, marilah kita bersama hidup sebagai imam-imam kecil dalam keseharian kita yaitu hidup rela berkurban untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Marilah kita memulainya dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Seperti Daud, kita melihat diri kita sebagai orang berdosa yang memiliki kesempatan untuk hidup karena kasih Allah yang besar kepada kita. Selamat menjalani hidup sebagai imam-imam kecil. Tuhan memberkati. Amin

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025