Artikel GKJ Kronelan

Pertobatan dari dosa seringkali dimaknai sebagai urusan pribadi dengan Tuhan. Banyak yang beranggapan bahwa Tuhan sendiri yang akan menegur atau kalau teguran itu tidak kunjung datang maka bisa diartikan Tuhan membiarkan apa yang dilakukannya. Padahal dalam bacaan Kitab Yunus kita melihat konsistensi Tuhan untuk terus melihat dosa Niniwe sebagai hal yang menggusarkan hati-Nya. Tuhan tidak membiarkan dosa terus menggerogoti kehidupan orang-orang Niniwe. Maka Ia pun mengutus Yunus untuk menyuarakan seruan penghukuman atas Niniwe. Sekalipun Yunus pada awalnya enggan untuk berangkat dan memilih untuk melarikan diri ke Tarsis, namun seruan itu tetap harus dikumandangkan. Maka Yunus menjadi whistleblower (pengungkap fakta) yang mengungkapkan kejahatan Niniwe dan penghukuman Tuhan atas mereka. Ia mengambil resiko melangkah ke dalam kota yang besar itu dan menyuarakan hal yang bisa jadi menyebabkan dirinya terancam. Suara Tuhan yang diserukan oleh kesediaan Yunus inilah yang kemudian berbuahkan tanggapan pertobatan dari Niniwe. Begitu pula teladan yang dinampakkan oleh Yesus.

Pasca penangkapan Yohanes Sang Pembaptis yang sarat dengan nuansa dendam pribadi dari Herodes, Yesus tampil dan menyuarakan pertobatan. Alih-alih menghindari benturan dengan Herodes danorang-orang Yahudi, Yesus justru mengumandangkan seruan pertobatan yang sama dengan Yohanes Sang Pembaptis. Bahkan Ia juga memanggil orang-orang yang akan turut serta menyuarakan kebenaran dan menyerukan pertobatan kepada dunia. Yesus meniup peluit untuk mengingatkan dunia bahwa Tuhan sudah dekat dan pertobatan seharusnya menjadi tanggapan untuk menyambut kehadiran-Nya.

Dari cerita ini kita melihat bahwa seruan-seruan pertobatan memang harus dikumandangkan. Kejahatan dan dosa yang muncul sebagai buah kemelekatan manusia kepada hal-hal duniawi harus dilawan dengan suara Ilahi. Itulah pesan yang disampaikan Paulus kepada pembaca suratnya yang pertama di Korintus. Di Tengah berbagai tindakan manusia untuk menyenangkan dirinya sendiri, Paulus menegaskan bahwa kemelekatan pada dunia menjadi penghalang seseorang menyambut Kerajaan Allah dengan semestinya. Maka tiada lain selain kesadaran bahwa setiap orang beriman harus melepaskan ikatan dengan dunia dan melekat kepada Tuhan. Hal ini tentu tidak berarti bahwa seseorang tidak lagi membutuhkan hal-hal duniawi, namun jangan sampai kemelekatan itu menjauhkan orang beriman dari Tuhan.

Saat ini kita berhadapan dengan banyak permakluman atas tindak pelanggaran dan tindak kejahatan. Ada hal-hal yang seolah ringan dan dianggap biasa seperti terlambat, melanggar aturan lalu lintas, mengingkari janji, dsb. Ada juga yang dimaknai sebagai kejahatan berat seperti pembunuhan, korupsi, dll. Apapun itu, setiap pelanggaran akan kehendak Tuhan adalah dosa yang dibenci oleh Tuhan. Sebagai orang beriman yang telah diselamatkan oleh Tuhan dan hidup dalam panggilan mewujudkan kehendak-Nya, kita memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan perlawanan terhadap tindakan-tindakan dosa ini. Tidak boleh ada permaklumanatas kejahatan yang dilakukan, apalagi jika alasannya adalah untuk kebaikan pribadi.

Kita perlu mengusahakan diri untuk hidup dalam kebenaran sehingga memiliki keberanian untuk menyerukan kehendak Tuhan agar setiap orang yang hidup dalam dosa memiliki kesempatan untuk bertobat. Orang beriman hendaknya berani menjadi whistleblower yang memperingatkan orang-orang berdosa sehingga pertobatan itu bisa terjadi. Kita tidak boleh hanya diam mencari aman sendiri dan membiarkan kejahatan terjadi, seolah semua itu urusan Tuhan semata. Semangat pertobatan seharusnya menyapa dan merengkuh semua pihak, yakni pihak yang meniup peluit untuk mengingatkan dan pihak yang diingatkan. Saat keduanya sadar akan pentingnya pertobatan, di situlah pertobatan yang sesungguhnya sedang terjadi. Tuhan memberkati. Amin

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

By Admin