Artikel GKJ Kronelan

Setiap tahun kita merayakan Natal, merayakan penggenapan janji Allah akan Juruselamat yang dijanjikan datang melalui garis keturunan Daud. Janji tersebut diberikan dalam bacaan pertama kita. Pada saat Daud berada dalam masa kejayaan di awal pemerintahannya, Daud memiliki rencana untuk membangun rumah bagi Allah. Akan tetapi dalam sejarah Alkitab kita melihat bahwa penantian umat akan janji Allah kepada Daud berlangsung begitu lamanya. Bukan hanya setahun dua tahun, melainkan sampai berabad-abad lamanya janji itu tersembunyi dari pemahaman umat sebagaimana dituliskan Paulus dalam penutup Surat kepada Jemaat di Roma.

Maria sebagai perempuan Yahudi yang taat, juga menanti-nantikan janji Allah tersebut. Betapa terkejutnya diri Maria pada saat malaikat Gabriel menampakkan diri dan memberitahukan bahwa dirinyalah yang akan menjadi ibu dari Raja yang dijanjikan itu. Pemberitahuan kelahiran Yesus tentu membawa sukacita bagi kita dalam kehidupan saat ini. Namun bagi Maria pada saat itu, berita ini menjadi berita yang mengguncangkan dan mengubahkan kehidupan! Sebagai manusia biasa, Maria gentar mendengar tugas yang begitu mulia namun juga berat. Tidak hanya harga dirinya yang terancam oleh stigma kehamilan di luar nikah, Maria juga berhadapan dengan ketidakpastian akan masa depannya.

Dalam Injil yang lain dikisahkan bagaimana Yusuf bergumul untuk menceraikan Maria diam-diam, ini menunjukkan gejolak berat yang dialami oleh kehidupan Maria dan keluarganya. Namun melalui Gabriel Allah berulang kali memberikan kata-kata penguatan. Dalam segala kerapuhan dan keterbatasannya, Maria mendapat kasih karunia dalam pemeliharaan dan penyertaan ilahi. Allah menerima keraguan dan kekhawatiran yang mungkin muncul dalam diri Maria, namun Allah tidak membiarkan Maria menghadapinya seorang diri.

Penguatan dan penyertaan Allah yang hendak berkarya dalam diri Maria membuat dirinya mampu untuk mengutarakan iman pengakuan dengan berkata: ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu’ (ayat 38). Dengan mengaku diri sebagai hamba (Yun: doule, budak) Tuhan, maka Maria menempatkan diri di bawah otoritas Tuhan. Ia menerima kehendak dan perintah Tuhan, pada saat bersamaan Maria pun menempatkan diri dalam pemeliharaan dan naungan Allah. Inilah teladan iman yang ditunjukkan oleh seorang perempuan bernama Maria. Ia setia menanti janji Allah, dalam penantian itu Ia berpegang teguh pada keyakinan bahwa Allah menyertai dan menolong dirinya. Maka dalam menanti-nantikan saat dimana dirinya akan menjadi ibu dari Sang Juruselamat, Maria memilih untuk taat.

Saudaraku, penantian adalah hal yang tak terpisahkan dari iman. Kita percaya bahwa Allah sanggup menjawab pergumulan dan doa permohonan kita, akan tetapi kita juga percaya bahwa Allah bekerja melalui proses kehidupan. Bagaimana dan kapan Tuhan menggenapi janji-Nya kerap berada di luar kemampuan kita untuk bernalar dan memahami, namun kita percaya bahwa janji-Nya pasti digenapi. Maka di tengah kerapuhan kita, marilah kita menanti dengan sikap yang benar yakni taat. Tuhan mempercayakan karya-karya-Nya untuk kita kerjakan dalam kehidupan kita baik dalam keluarga, gereja, maupun bermasyarakat. Maka kiranya sembari menanti, kita tetap dimampukan untuk tetap taat pada kehendak Allah, dengan tekun mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan, sampai pada akhirnya kita akan melihat dan menyaksikan penggenapan janji Allah.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/

Ibadah Natal 2024 dan Tahun Baru 2025