Artikel GKJ Kronelan

Dalam sebuah situasi peperangan, bangsa Israel berada pada situasi yang tidak diuntungkan, perasaan kuatir dan takut pasti menghinggapi mereka. Di tengah perasaan yang demikian, mereka membutuhkan suatu pengharapan yang nyata untuk menyemangati sekaligus memantapkan keyakinan
mereka kepada Allah.

Melihat apa yang dialami dan dirasakan oleh bangsa Israel, Allah tidak tinggal diam. Melalui nabi Yesaya, Allah memberikan sebuah janji sekaligus pengharapan bagi mereka. Allah akan mengirimkan seorang raja yang penuh dengan kebijaksanaan. Seorang raja yang digambarkan berbeda dengan raja pada umumnya. Raja ini akan membawa kedamaian total bagi bangsa Israel.

Di tengah pergumulan yang kita alami, kita pun mungkin mengharapkan sesuatu yang tidak jauh berbeda. Kita tentu ingin hidup di tengah kedamaian. Hampir semua orang menginginkan kehidupan yang penuh dengan damai. Dengan damai yang kita rasakan, maka kita pun akan bisa menikmati sebuah kebahagiaan. Perasaan damai di tengah pergumulan tentu bukan sesuatu yang mudah untuk dicapai. Kita lebih sering dekat dengan kekuatiran dan ketakutan. Takut jika masalah tidak selesai. Kuatir jika hidup kita akan hancur dengan apa yang kita alami.

Akan tetapi, janji yang Allah berikan kepada bangsa Israel kiranya menjadi janji yang akan bisa kita hidupi saat ini. Jika ada yang mengatakan bahwa setiap masalah ada solusinya, maka sejatinya kita diberkati dengan sesuatu yang lebih. Dengan demikian, kita akan dapat melihat lebih banyak kemungkinan untuk menyelesaikan setiap masalah dan persoalan dalam hidup kita. Jika bangsa Israel saja bisa hidup dalam pengharapan akan kedamaian dan janji akan kebahagiaan, mengapa kita tidak bisa? Bukankah berkat Allah untuk bangsa Israel adalah sama dengan berkat yang Ia curahkan bagi kita saat ini.

Saudara yang terkasih, akan tetapi sebagai orang yang berpengharapan, sering kali justru membawa kita pada sikap yang egois dan arogan. Kita hanya mau menghidupi pengharapan itu dan merasakan kebahagiaan bagi diri kita sendiri. Oleh karena itu, untuk menjadi orang-orang yang benar-benar bisa menghidupi pengharapannya dengan mampu menghadirkan pengharapan dan kehidupan bagi seluruh makhluk, kita harus terlebih dahulu menghidupi pertobatan. Bertobat dari apa? Tentu bertobat dari keegoisan dan arogansi kita. Berbalik dari cara berpikir yang hanya mementingkan diri kita sendiri. Berbalik dari cara pandang yang melihat ciptaan lainnya sebagai yang lemah dan patut ditindas. Seruan pertobatan yang disuarakan oleh Yohanes Pembaptis, kiranya dapat menjadi suara yang senantiasa menggema dalam hati dan hidup kita. Tidak ada orang yang bisa merasakan damai tanpa sebuah pertobatan. Tidak ada orang yang mampu membagikan damai juga tanpa sebuah pertobatan. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://linktr.ee/gkjkronelan

By Admin