Artikel GKJ Kronelan

Umat Tuhan yang terkasih, bacaan Alkitab pada saat ini berkisah tentang peristiwa dukacita yang dialami oleh keluarga Maria dan adiknya Marta. Mereka kehilangan saudara laki-lakinya yang bernama Lazarus. Kematian Lazarus menyisakan duka dan lara yang mendalam bagi Maria dan Marta. Dalam kesedihan, mereka teringat Yesus dan kemudian mengutus orang untuk memberitahukan kabar duka ini kepada-Nya yang kala itu sedang berada di sekitaran Sungai Yordan.

Ketika Yesus datang, jenazah Lazarus sudah dimasukkan dalam kubur. Di dapati-Nya juga orang-orang yang sedang menghibur keluarga yang berduka. Marta yang mengetahui Yesus datang langsung menjumpai-Nya. Dalam perjumpaan itu, ada “sedikit” protes yang disampaikan Marta kepada Yesus, dengan berkata “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” (Yoh.11:21-22)

Di tengah duka dan kehampaan ada peristiwa ironis yang dialami Yesus. Ada saja orang-orang yang mencibir-Nya saat Ia mengalami duka dan hampa. Yesus mendapatkan cibiran dalam peristiwa dukacita tersebut. Orang-orang kala itu mempertanyakan kemahakuasaan Yesus dan menyayangkan keberdiaman diri Yesus. Namun seperti yang kita ketahui, pada akhirnya Yesus bertindak dalam peristiwa duka itu. Ia membangkitkan Lazarus yang telah meninggal, dan hal itu menunjukkan Yesus berkuasa atas kehidupan dan kematian. Lebih dalam dari itu, tindakan Yesus itu menunjukkan bahwa Ia berkuasa juga untuk membangkitkan pribadi-pribadi yang terpuruk dan mengalami kekosongan dalam hidup akibat duka dan kehampaan menghampirinya.

Umat Tuhan yang terkasih, ketika peristiwa duka dan hampa menghinggapi kita, mungkin kita termasuk kelompok orang yang seperti Marta. Kita bisa berproses lebih singkat dalam duka dan hampa yang kita alami. Di sisi lain, mungkin kita juga seperti Maria yang butuh proses lebih lama ketika mengalami peristiwa duka dan kehampaan. Namun yang jelas, entah kita seperti Marta atau Maria, kita menemukan satu hal penting, yakni bahwa Yesus menerima dan memahami kedua sikap itu. Yesus hadir dan menemani keduanya. Yesus berproses bersama keduanya.

Hal inilah yang pertama-tama menjadi titik pijak penting bagi kita yang mengalami duka dan kehampaan, yakni bahwa Yesus turut berproses bersama kita. Lantas, adalah bagian kita kini untuk bisa mengimani kehadiran Yesus itu. Yohanes 11:25-26 menjadi kebenaran firman yang meneguhkan kita untuk mengimani kehadiran Yesus saat duka dan hampa datang di hidup kita.

Terakhir, mari kita berupaya bangkit dan pulih dari duka dan kehampaan yang kita alami. Tak sedikit dari antara kita yang menerima sikap tak mengenakan dari orang lain ketika mengalami peristiwa duka dan kehampaan. Saat kita terpuruk, orang lain merasa senang bahkan mencibir kita. Mereka bukannya menolong, tapi malah mengolok-olok. Yesus pun mengalami itu ketika Ia sedang berduka karena kematian Lazarus. Untuk itulah belajar dari sikap Yesus. Yesus tidak terjerembab pada cibiran itu. Dengan mengandalkan kuasa Allah, Ia menyatakan kemahakuasaan-Nya. Dalam hal ini, kita belajar untuk berpegang dan yakin pada Tuhan, bahwa Ia akan memberikan kekuatan bahkan jalan keluar bagi pergumulan kita. Kita disanggupkan oleh-Nya untuk bangkit dan terbebas dari rasa hampa dan kosong karena kesulitan yang kita alami. Amin.

Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id
https://linktr.ee/gkjkronelan

By Admin