Keteladanan kesetiaan Allah dalam hidup manusia memang harus diwujudnyatakan. Setia kepada Allah di setiap musim hidup apakah mudah? Sebab kadangkala, kesetiaan umat diuji pada saat situasi dan kondisi hidup baik dalam suka maupun duka. Tidak selalu umat yang sedang bahagia hidupnya tidak diuji dalam kesetiaannya. Atau hanya umat yang sedang berduka saja yang diuji kesetiaannya. Contohnya bangsa Israel pada waktu mereka tidak menepati janji pada Allah untuk selalu setia. Janji bangsa Israel untuk melayani Tuhan ditepati, tetapi hanya selama Yosua dan para tua-tua masih hidup. Tidak lama sesudah kematian Yosua, bangsa itu meninggalkan Tuhan dan mulai berbakti kepada dewa-dewa lain.
Dari kisah bangsa Israel di masa nabi Yosua merupakan gambaran bahwa setia pada Allah itu penuh ujian dan tantangan. Kesetiaan menjadi hal yang dipertaruhkan disaat umat sudah muali tergoyahkan oleh perubahan situasi dan kondisi. Lewat berbagai pengalaman hidup tentu saja kesetiaan tidak cukup. Umat Tuhan diharapkan juga selalu waspada atau berjaga-jaga dalam hidupnya. Melalui salah satu perikop yang menjadi bacaan kita hari ini yaitu dari Injil Matius kita telah diingatkan bersama bagaimana menjalankan hidup dengan setia dan tetap berjaga.
Yesus melanjutkan topik kedatangan-Nya yang tak terduga melalui perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh. Tugas utama mereka adalah menyambut mempelai pria dengan pelita yang menyala. Agar pelita tetap menyala, hanya lima gadis yang membawa persediaan minyak, sedangkan kelima gadis lainnya tidak menyiapkan cadangan minyak. Karena Sang Mempelai belum tiba dan malam semakin larut, tanpa disadari rasa kantuk mulai menyerang.
Bersikap bijaksana merupakan salah satu unsur penting dalam hal waspada atau berjaga-jaga. Sikap yang bijaksana membutuhkan kecermatan berpikir dan kemampuan untuk mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan terjadi. Tanpa kewaspadaan diri, justru akan membahayakan diri sendiri. Memang kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak. Namun, Tuhan tahu dan berkuasa atas masa depan. Sebab itu, orang yang bijaksana akan selalu waspada dan berjaga-jaga tidak lengah sedikitpun atau bahkan tetap menjunjung kesetiannya.
Contoh nyata umat yang terus setia menantikan kedatangan Tuhan bahkan mereka sangat mengkuatirkan sesama mereka yang sudah meninggal sebelum kedatangan Tuhan adalah jemaat di Tesalonika. Gereja perdana memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan dan pasti, bahwa sebentar lagi Kristus segera akan kembali. Bahkan ada yang berkeyakinan sebelum mereka meninggal dunia Kristus sudah datang kembali. Pengharapan ini: [1] membuat mereka kuat dan tegar dalam masa-masa penganiayaan; [2] mewarnai semangat dan keberanian mereka dalam bersaksi dan melayani; [3] mendorong dan menyegarkan kehidupan mereka, sehingga mereka memiliki iman yang teguh di tengah badai.
Bapak Ibu yang terkasih, kita bersyukur memiliki Allah yang setia menemani tiap musim kehidupan kita. Dalam suka duka dan tawa tangis, Allah setia menyertai kita. Seharusnyalah kita juga setia kepadaNya, selalu berjaga-jaga akan hal-hal yang bisa membuat kesetiaan kita pada Tuhan “bergeser”. Zaman sekarang tantangan lebih banyak muncul dari dalam diri kita sendiri. Contohnya, ego (keinginan/obsesi, harga diri/gengsi), pergumulan (sakit, masalah keluarga, keuangan, pekerjaan, relasi dll), tanggungjawab pelayanan/persekutuan (popularitas, luka hati, kesombongan, kemunafikan), komunitas dll. Meskipun juga ada faktor dari luar antara lain: kemajuan teknologi, social media, ajaran-ajaran yang tidak sepaham dengan alkitab, dll. Kesetiaan menjadi pondasi bagi umat untuk mempersiapkan diri, berjaga-jaga menjadi persiapan akan segala tantangan yang ada. Selamat untuk tetap setia dan teruslah berjaga-jaga. Karena waktunya hanya Sang Pemilik yang tahu. Amin
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/