Filipi 4 : 1-9. Saudara, tema ibadah kita pada hari ini adalah “Damai Sejahtara yang Melampaui Segala Akal”. Damai sejahtera, satu kata yang tentu tidak asing di telinga kita. Namun, apakah jangan-jangan rasa damai sudah terlalu asing untuk dirasakan dan dialami? Barangkali kita berpikir, bagaimana aku dapat merasakan damai jika aku berada dalam banyak pergumulan? Bagaimana aku dapat merasakan ketenangan jika setiap hari keluargaku bertengkar? Apabila kita berada dalam pergumulan, sangat mungkin kita berpikir bahwa damai hanyalah sebuah ilusi atau semacam pelarian spiritual dari realita.
Situasi yang penuh tekanan dan pergumulan juga dialami oleh jemaat Filipi. Pada saat itu, jemaat Filipi dianiaya oleh Romawi dan ditekan oleh orang- orang Yahudi yang belum percaya pada Tuhan. Karena Paulus merindukan agar kesatuan dan perdamaian tetap terjaga di jemaat Filipi, maka ada beberapa nasihat yang patut diperhatikan, terlebih lagi dilakukan sebagai gaya hidup orang beriman. Pertama, umat Filipi diajak untuk berdiri teguh di dalam Tuhan (ayat 1). Kedua, umat Filipi diajak untuk membangun dan mengupayakan relasi yang harmonis (ayat 2-3). Ketiga, umat Filipi diajak untuk bersukacita di dalam Tuhan (ayat 4). Keempat, Rasul Paulus mengajak umat Filipi untuk tidak dikendalikan oleh kekhawatiran (ayat 6). Seringkali kedamaian dan sukacita kita juga diusik oleh rasa kuatir.
Jika umat Filipi melakukan nasihat-nasihat ini, maka mereka akan mengalami damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal (ayat 7). Apa maksudnya? Maksudnya adalah damai sejahtera Allah sedemikian berharganya sehingga akal manusia dengan segala kemampuan dan pengetahuannya tidak dapat menghasilkannya. Damai sejahtera Allah bukanlah hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah. Dan jalan untuk menerima damai sejahtera itu adalah dengan menyerahkan diri kita dalam tangan kasih Allah. Nasehat Rasul Paulus tak hanya relevan bagi
situasi jemaat Filipi kala itu, tetapi juga bagi kita pada saat ini. Hidup berkeluarga tentulah memiliki pergumulan masing-masing. Ada yang bergumul dengan sakit-penyakit, pertengkaran yang tak berujung, finansial yang tergoncang, dan lain sebagainya. Hal-hal ini seringkali dapat merenggut rasa damai, sukacita, dan membuat keluarga tak lagi dipandang sebagai “home”, rumah yang nyaman dan tenang.
Namun, nasihat rasul Paulus mengundang tiap-tiap anggota keluarga untuk mengalami damai sejahtera dari Allah. Damai sejahtera Allah bukanlah sebuah ilusi, tetapi dapat dialami ketika setiap orang mau berdiri teguh dalam Tuhan, sehati sepikir dalam Tuhan sehingga tercipta relasi yang harmonis, bersukacita dalam Tuhan, tidak dikendalikan oleh rasa kuatir dan membiasakan berpikir dan bertindak positif.
Secara lebih konkrit, keluarga diajak untuk membangun kebiasaan-kebiasaan yang dapat membuat tiap anggotanya mengalami damai sejahtera dari Tuhan. Kebiasaan tersebut antara lain adalah, rutin berdoa dan bersaat teduh bersama keluarga sebagai wujud dari kehidupan iman yang berdiri teguh dalam Tuhan. Memiliki momen setiap hari untuk saling sharing hal-hal yang dihadapi oleh masing-masing anggota keluarga, termasuk jika ada kesulitan yang terjadi. Ini dapat membangun keterbukaan dan keintiman dalam keluarga, sehingga keluarga dapat lebih sehati sepikir.
Jika keluarga dapat membangun kebiasaan ini, maka niscaya rumah tidak hanya akan menjadi tempat untuk istirahat dan berteduh, tetapi menjadi “home”. Rumah menjadi tempat yang dirindukan untuk selalu pulang karena ada penerimaan, penguatan dan dukungan, pun juga penyerahan diri pada Allah sehingga damai sejahtera Allah dapat dirasakan. Karena itu, rindukah kita untuk mengalami damai sejahtera dari Allah? Datanglah pada Dia, hiduplah dalam kebenaran firman-Nya, dan bangunlah kebiasaan- kebiasaan dalam keluarga yang sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan memberkati. Amin.
Media Sosial Kami
https://gkjkronelan.or.id/
https://s.gkjkronelan.or.id/informasi/